SAGKI 2025 Resmi Ditutup: Gereja Indonesia Didorong Terus Berjalan Bersama dalam Pengharapan

Jakarta – Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI) 2025 resmi ditutup dengan Misa penutupan yang penuh syukur dan pengharapan di Krakatau Ballroom Mercure Convention Center, Ancol, Jakarta, Jumat (7/11). Misa penutupan dipimpin oleh Ignatius Kardinal Suharyo, Uskup Keuskupan Agung Jakarta didampingi Ketua KWI, Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, dan sejumlah uskup serta imam perwakilan dari seluruh keuskupan di Indonesia.

Puzzle Perdamaian

Pembukaan misa ditandai dengan perarakan sejumlah peserta yang membawa potongan puzzle. Papan puzzle yang belum lengkap terletak di depan altar. Diiringi ilustrasi musik dan narasi yang menyentuh, satu per satu peserta melengkapi setiap potongan hingga membentuk satu gambar.

“Dalam setiap luka manusia, kita menemukan wajah Tuhan yang penuh kasih.” Demikian narasi yang diungkapkan. Pemasangan potongan puzzle menggambarkan bahwa setiap keping kehidupan harus berani saling mengisi, menyembuhkan luka dan menyalakan harapan. Dengan demikian, dapat tercapai harapan untuk berjalan bersama, bergerak misioner dan menyebar damai.

Melanjutkan Pengharapan

“Proses di dalam SAGKI adalah proses penegasan bersama,” ujar Kardinal Suharyo dalam homilinya. Ia mengingat bagaimana proses ini mendapatkan tuntunan Roh Kudus, bahkan dalam penentuan kelompok diskusi.

“Roh Kudus turun dengan cara demikian, bukan dengan cara lain,” lanjutnya.

Kardinal Suharyo meyakini rumusan yang dihasilkan dapat dilaksanakan dan pada waktunya ada buahnya. Ia juga menegaskan bahwa tentu ada yang perlu dikembangkan “supaya rencana-rencana yang sudah kita rumuskan itu, pada waktunya sungguh-sungguh sesuai kebutuhan kita.”

Kardinal menutup homilinya dengan kutipan dari 1 Korintus 15 ayat 58: “Karena itu saudara-saudaraku yang terkasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan. Sebab kamu tahu , bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia”. Melalui ayat tersebut Kardinal mengajak kita untuk memperhatikan niat-niat baik dan melakukan jalan baik “untuk terus berusaha mewujudkan tanda-tanda pengharapan”.

Penutupan SAGKI 2025

Sebelum misa berakhir, beberapa utusan berarak membawa lilin misionaris dari empat penjuru. Tak luput perhatian juga, Luce and friends menyertai perjalanan, dalam dinamika Tahun Yubileum. Prosesi dilanjutkan dengan pemukulan gendang oleh Uskup perwakilan dari 6 Regio. Dengan gemuruh suara gendang, SAGKI 2025 resmi ditutup. Suasana haru semakin terasa ketika paduan suara dari Panti Asuhan Prima Unggul menyambut dengan lantunan lagu Peziarah Pengharapan diiringi riuh tepuk tangan umat.

Mgr. Antonius dalam sambutannya menegaskan kembali agar sidang ini dapat memberi perubahan tidak hanya untuk umat Katolik, tapi juga kepada masyarakat Indonesia. Ia juga mengingatkan agar dalam rangka membangun jembatan, kita juga perlu memperkuat budaya perjumpaan. “Sehingga terwujud 100% Pancasilais. 100% Katolik, 100% Indonesia. Jadilah Peziarah Pengharapan,” tukasnya.

Misa penutupan diakhiri dengan doa perutusan dan berkat penutup yang dipimpin oleh Kardinal Suharyo bersama oleh para uskup.

Acara ini menandai berakhirnya rangkaian SAGKI 2025 yang telah berlangsung sejak Senin (3/11) dengan tema “Berjalan Bersama sebagai Peziarah Pengharapan: Menjadi Gereja Sinodal yang Misioner untuk Pengharapan.”

**Amadea Pranastiti

Freelance, Contributor for Dokpen KWI

Foto: Tim Pubdok SAGKI 2025

Direpost ulang dari: https://www.mirifica.net

Leave a Reply

Your email address will not be published.