“Janganlah memuji diri karena esok hari, karena engkau tidak tahu apa yang akan terjadi hari itu” (Amsal 27:1). Namun banyak orang mengagungkan diri sebagai yang terbaik. Mereka baru sadar ketika kejatuhan menimpa diri mereka.
Suatu siang, seekor musang sedang duduk santai menikmati angin sepoi-sepoi. Tak lama kemudian, datanglah seekor rubah yang hendak memangsanya. Musang itu pun lalu berkata, “Jika kamu memang kuat, kutantang kau berkelahi di dalam lubang.”
Rubah yang merasa percaya diri tak akan kalah melawan musang pun menyetujui usulan itu. Dalam hati dia berpikir, “Mau di lubang atau di luar sama saja, aku jauh lebih kuat darinya.”
Lima menit kemudian, musang itu keluar sambil membawa paha rubah. Musang kembali ke tempatnya berjemur tadi. Tak lama kemudian muncul seekor serigala yang hendak memangsanya.
Si musang pun berkata, “Jika kamu memang kuat, kutantang kau berkelahi di dalam lubang.”
Serigala tertawa terkekeh-kekeh. Ia geli dengan tingkah musang yang sok kuat. Namun serigala menyetujui usulan musang. Dalam hati, serigala itu berpikir, “Mau di lubang mau di hutan, aku tetap lebih kuat dari musang kecil ini.”
Dua puluh menit kemudian, musang itu keluar dengan menggondol paha serigala.
Sore pun tiba dan hari semakin gelap. Musang kemudian berteriak ke dalam lubangnya, “Sudah hampir gelap, kita lanjutkan besok saja.”
Sesaat kemudian muncul sesosok harimau dari dalam lubang. Harimau itu berkata, “Bagus juga idemu.”

Kita Terbatas
Banyak orang merasa diri paling hebat, karena memiliki berbagai hal dalam diri mereka. Mereka tidak segan-segan menyombongkan diri. Atau mereka wujudkan dalam suatu kegiatan yang dilakukan seorang diri. Biasanya awal-awal mereka masih bertahan. Namun mereka akhirnya menyadari bahwa mereka membutuhkan orang lain dalam hidup mereka.
Kisah di atas memberi kita inspirasi untuk tidak menyombongkan diri kita. Kita ini makhluk ciptaan. Kita memiliki keterbatasan dalam hidup. Musang dalam kisah di atas menyadari keterbatasan dirinya. Ia menyadari bahwa ia tidak mampu mengalahkan rubah dan serigala. Karena itu, ia bekerjasama dengan harimau untuk mengalahkan mereka. Suatu kerjasama yang baik menghasilkan sesuatu yang berguna.
Sebagai orang beriman, kita hidup dalam suatu komunitas tertentu. Dalam komunitas itu ada begitu banyak potensi yang bisa digunakan demi kemajuan diri dan kemajuan komunitas. Tentu saja suatu komunitas yang baik akan menghasilkan hal-hal yang baik pula.
Salah satu unsur dalam hidup berkomunitas adalah tidak menyombongkan diri sebagai yang paling baik. Biasanya orang yang sombong akan dengan sendirinya tersingkir dari komunitas. Mengapa? Karena komunitas membutuhkan orang-orang yang mau bekerja sama dan saling menolong.
Mari kita terus-menerus bekerja sama dalam hidup bersama. Dengan demikian, hidup kita menjadi kesempatan untuk membahagiakan diri dan orang lain. Selalu semangat. Salam sehat. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales SCJ
