“Hendaknya kamu tulus seperti merpati, tetapi cerdik seperti ular,” kata Yesus. Namun banyak orang hidup dalam ketidakjujuran, sehingga menimbulkan banyak persoalan bagi hidup bersama.

Konon ada seorang pengusaha berhutang pada seorang rentenir tua. Rentenir itu diketahui tertarik dengan anak perempuan si pengusaha. Suatu hari, ia datang dengan sebuah penawaran kepada si pengusaha. Ia bersedia mengikhlaskan hutang si pengusaha asal diperbolehkan menikahi anaknya.
Si pengusaha pun menolak tawaran dari si rentenir. Tetapi rentenir itu tidak menyerah. Ia mengajukan sebuah penawaran baru. Ia akan mengambil dua batu dan dimasukkannya ke dalam kantung, si pengusaha dipersilahkan mengambil satu batu dari kantung itu. Jika ternyata yang diambil batu hitam, maka hutang si pengusaha akan dihapus, tapi anak perempuannya akan dinikahi si rentenir.
Si pengusaha pun menyetujui usulan tersebut. Mereka kemudian mengambil batu dari pekarangan. Saat mengambil batu, pengusaha itu melihat si rentenir memasukkan dua batu hitam ke kantung. Pengusaha ia berpikir keras untuk keluar dari situasi yang tak menguntungkan dirinya itu. Saat kantung disodorkan, ia mengambil satu batu lalu ia pura-pura tersandung dan menjatuhkan batunya.
“Aduh, maafkan kecerobohanku, Tuan. Aku tadi sudah mengambil satu batu tapi terjatuh. Mungkin kita bisa melihat warna batu yang tersisa, karena saya pasti mengambil batu yang sebaliknya,” kata pengusaha itu.
Butuh Strategi
Suatu akal bulus menemui kegagalannya. Dalam hidup ini banyak orang sering mengakal-akali orang lain demi kepentingan dirinya sendiri. Mereka akan merasa puas kalau berhasil mengakali sesamanya. Keuntungan mereka raih demi kebahagiaan diri mereka sementara orang yang mereka akali menderita kerugian.
Kisah di atas memberi kita inspirasi untuk tidak melakukan hal-hal yang merugikan orang lain. Pengusaha itu tahu apa yang mesti dia lakukan. Dia tidak ingin dirinya menderita kerugian. Karena itu, dia pun membangun siasat yang tidak merugikan dirinya dan putrinya. Dia berhasil. Si rentenir tua itu mesti gigit jari. Dia tidak berhasil meraih keinginan dirinya.
Apa yang mesti kita buat dalam dunia yang sering menggunakan tipu muslihat demi meraih keuntungan diri? Yang mesti kita buat adalah kita tetap jujur dalam menjalani hidup ini. Kejujuran akan memberi kita kenyaman dalam hidup. Orang yang jujur itu orang yang mengandalkan Tuhan dalam hidupnya. Apa pun yang terjadi atas orang jujur akan menemukan sukacita dalam hidup.
Tentu saja orang jujur mesti juga memiliki kecerdasan dalam hidup. Ketika orang tidak cerdas menjalani hidup ini, orang akan menjadi santapan yang empuk bagi orang-orang jahat. Karena itu, orang mesti membangun hidupnya di atas kejujuran dengan tetap menjaga kecerdasannya.
Mari kita hidup jujur dengan mengandalkan kebaikan Tuhan dalam hidup. Dengan demikian, hidup kita menjadi kesempatan untuk membahagian diri dan sesama. Selalu semangat. Salam sehat. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales SCJ
