Warga Sipil Tewas dalam Serangan Pemberontak di Timur DRC

Sebuah serangan pada Jumat (8/4) oleh pemberontak dari Pasukan Demokrat Sekutu (ADF) telah menewaskan sedikitnya 14 warga sipil dan memaksa penduduk Desa Otomobere di Provinsi Ituri untuk melarikan diri demi menyelamatkan hidup mereka.


Sedikitnya 14 warga sipil tewas dalam serangan yang dikaitkan dengan kelompok pemberontak Pasukan Demokrat Sekutu (ADF) di bagian timur laut Republik Demokratik Kongo (DRC).


Menurut laporan berita, serangan terakhir terjadi pada Jumat di Kota Otomabere, di wilayah Irumu di Provinsi Ituri.


Kekerasan memaksa penduduk Otomabere mengungsi ke desa-desa tetangga, karena para penyerang juga membakar beberapa rumah dan 13 sepeda motor, selain membunuh warga sipil, sebelum menghilang.

Pasukan Republik Demokratik Kongo berpatroli di jalan-jalan – Foto: Vatikan Media


Kegiatan Kelompok Bersenjata di Timur DRC


Dalam beberapa tahun terakhir, bagian timur Republik Demokratik Kongo telah ditantang oleh aktivitas pemberontak, meski ada operasi keamanan untuk membendung kekerasan. Mei lalu, pemerintah DRC memberlakukan “keadaan pengepungan” di Kivu Utara dan Ituri yang berdekatan untuk menghancurkan kelompok-kelompok bersenjata yang melanda daerah itu.


ADF, terkait dengan serangan terakhir ini, secara historis merupakan koalisi pemberontak Uganda, tetapi saat ini memiliki pangkalan di timur laut Republik Demokratik Kongo, dekat perbatasan dengan Uganda.
Menurut laporan tahun 2021 oleh “Kivu Security Tracker” (Pemantau kekerasan yang berbasis di AS di daerah itu), lebih dari 120 kelompok bersenjata berlomba-lomba untuk menguasai empat provinsi timur DRC: Ituri, Kivu Utara, Kivu Selatan, dan Tanganyika.


Tahun lalu, pasukan Uganda dan Republik Demokratik Kongo (FARDC) melancarkan serangan untuk memerangi ADF, yang telah dikaitkan dengan serangan dan pembunuhan warga sipil di wilayah tersebut selama lebih dari dua dekade.

Penduduk Sipil Terancam


Dalam laporan terbaru lainnya tentang kegiatan pemberontak, pejuang dikatakan dari kelompok bersenjata lain, Gerakan 23 Maret (M23) menyerang posisi tentara di DRC akhir bulan lalu, memicu pertempuran sengit di Tshanzu dan Runyoni, sekitar 50 Km timur laut Goma, Ibukota provinsi.
Demikian pula, serangan terpisah di Desa Masambo dan Ngingi (sekitar 31 mil dari Kota Beni) yang terkait dengan ADF menewaskan sedikitnya selusin warga sipil pada malam 3 April.


Menyusul serangkaian serangan, Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan, dalam sebuah pernyataan, Minggu (10/4), menyesalkan bahwa puluhan ribu orang yang tinggal di Provinsi Kivu Utara DRC telah terpaksa meninggalkan rumah mereka karena pertempuran sengit antara Pemberontak M23 dan tentara DRC di Tshanzu dan Runyoni, serta serangan ke Masambo dan Ngingi, diperkirakan dilakukan oleh ADF.


UNHCR, Badan Pengungsi PBB, memperkirakan bahwa lebih dari 10.000 orang telah melintasi perbatasan ke Uganda untuk mencari keselamatan, sementara puluhan ribu telah mengungsi akibat serangan terbaru. Lebih dari itu, lebih dari 467.000 orang Kongo yang dipindahkan secara paksa saat ini tinggal di Uganda, banyak di antaranya dalam situasi di mana mereka tidak dapat kembali ke DRC karena bahaya yang terus berlanjut.

Kunjungan Paus Mendatang ke DRC


Paus Fransiskus dijadwalkan mengunjungi Kinshasa dan Goma selama Kunjungan Apostoliknya yang akan datang pada Juli. Bapa Suci akan berada di DRC dari 2 hingga 5 Juli sebelum melakukan perjalanan ke Juba, di Sudan Selatan dari 5 hingga 7 Juli.


Paus sering mengungkapkan kedekatannya dengan orang-orang Kongo, sering menyerukan diakhirinya kekerasan, terutama di wilayah timur negara itu.


Pada Februari, Paus mengirim pesan, yang ditandatangani oleh Sekretaris Negara Vatikan, Kardinal Pietro Parolin, kepada Presiden Kongo Félix Tshisekedi mengungkapkan kesedihannya atas serangan 1 Februari oleh milisi bersenjata di sebuah situs untuk pengungsi internal (IDP) di wilayah Plaine Savo Djugu, di Provinsi Ituri Timur. Setidaknya 60 orang, termasuk lebih dari selusin anak-anak, tewas dalam serangan itu, dan lebih dari 40 lainnya terluka.


Uskup Willy Ngumbi Ngengele dari Goma mengatakan kunjungan Paus pada Juli akan menjadi momen rahmat dan berkat bagi negara yang berada dalam “situasi di mana ia membutuhkan kata penghiburan, rekonsiliasi, perdamaian, dan solidaritas.”


“Bapa Suci akan datang karena dia berbelas kasih kepada kita, dia tahu situasi kita; karena dia adalah seorang ayah yang dijiwai oleh cintanya kepada kita. Semoga kunjungannya membantu kita berdamai di antara kita sendiri, untuk bekerja sama memulihkan keadilan sosial, perdamaian dan kasih,” kata Uskup Goma dalam wawancara baru-baru ini dengan Vatican News. **

Penulis Vatican News

Leave a Reply

Your email address will not be published.