“Masa Novisiat adalah masa romantis di mana Allah menyatakan cinta-Nya yang besar dan membawa kekasih-Nya yakni novis ke “Padang Gurun” yang hening dan tenang untuk dibentuk secara spiritual lebih mendalam, sebagaimana digambarkan Kitab Hosea. Padang gurun dimengerti sebagai tempat “penggodokan” hidup rohani para kekasih-Nya. Padang gurun bukanlah tempat yang menakutkan atau mengerikan dalam konteks pembinaan”.
Demikian diungkapkan Pastor Christoforus Wahyu Tri Haryadi SCJ dalam homilinya pada Perayaan Ekaristi Kleding bagi 9 Suster Postulan Kongregasi Suster Santo Fransiskus Charitas (FCh) di Kapel Rumah Pembinaan Postulat-Novisiat St. Bonaventura Km. 7 Palembang, Sumatera Selatan, Senin (11/8/2025) pekan lalu.

Kata kleding merupakan terjemahan langsung dari Bahasa Belanda yang berarti baju atau pakaian. Secara sederhana, kleding dapat dimengerti sebagai penerimaan busana atau pakaian biara. Busana baru ini diterimakan menjadi tanda sebagai manusia baru dalam mengikuti panggilan Tuhan untuk mencapai kesucian hidup sekaligus menjadi awal dimulainya masa hidup membiara di novisiat.
Para suster yang menerima pakaian biara dan memasuki masa novisiat adalah Sr. M. Annaline FCh (Alicia Nulila Oktaviani), Sr. M. Gilberta FCh (Anastasia Ayu Putri Permadani), Sr. M. Germanda FCh (Anastasya Juwita Anggraeni), Sr. M. Rosaline FCh (Desti Eka Putri), Sr. M. Greise FCh (Maria Elisabet Primadani), Sr. M. Teofani FCh (Maria Kerkansia Tukani), Sr. M. Clementia FCh (Regina Dian Rika Situmorang), Sr. M. Chiara FCh (Sara Agustin Sihotang), dan Sr. M. Jequina FCh (Theresia Rismaylani Pratama). Mereka berasal dari beberapa keuskupan di Indonesia, yakni Keuskupan Agung Palembang, Keuskupan Agung Jakarta, Keuskupan Agung Semarang, Keuskupan Labuhan Bajo, Keuskupan Timika, dan Keuskupan Pangkal Pinang.


Para Postulan setelah menerima busana baru (bawah)
Tampak hadir mendampingi sebagai konselebran adalah Pastor Donatus Kusmartono SCJ dan Pastor Paroki St. Yoseph sekaligus Dekan Dekanat Palembang, Pastor Hyginus Gono Pratowo.

Lebih lanjut, dalam perayaan yang dibingkai dengan ungkapan syukur atas peringatan Santa Clara dari Assisi ini, Pastor Wahyu juga menegaskan tentang makna pakaian biara. “Pakaian biara yang diterima oleh para novis merupakan tanda yang kelihatan bahwa mereka adalah orang-orang yang dikhususkan dan Allah mengutus malaikat-Nya untuk melindungi orang yang mengenakan tanda itu dari serangan si jahat”.
Bersamaan dengan penerimaan busana biara, para suster juga menerima nama biara, Salib Tuhan Yesus, Konstitusi, dan Statuta Kongregasi. Nama biara dipilih dari tokoh Kitab Suci atau orang kudus dalam Gereja Katolik agar mereka dapat semakin mencintai Tuhan sebagaimana diteladankan oleh tokoh Kitab Suci atau orang kudus yang dipilihnya. Salib yang diterima merupakan lambang kesediaan dalam mengikuti teladan hidup Yesus, sedangkan Kontitusi dan Statuta adalah pedoman dan petunjuk sebagai biarawati di dalam Kongregasi.


Pimpinan Umum Kongregasi FCh, Sr. M. Patricia FCh menyerahkan Busana Biara Baru (bawah)
Pemimpin Umum Kongregasi FCh, Sr. M. Patricia FCh dalam sambutannya menyampaikan syukur mendalam karena kebaikan Tuhan yang telah mengirimkan saudari-saudari muda ke dalam Kongregasi. Ia berharap agar mereka yang akan memulai masa novisiat tetap bertekun dan setia pada panggilan serta proses pembinaan pada tahap-tahap selanjutnya.

Mewakili para pestawati, Sr. M. Jequina FCh seraya berterima kasih atas hari yang istimewa, dalam sambutannya juga menyampaikan niat bersama untuk tetap tekun dan setia pada panggilan yang Tuhan berikan kepada mereka. Menurutnya keberanian untuk menjawab ‘ya’ semakin dimurnikan dan diteguhkan lewat retret yang dipimpin oleh Magistra Postulan, Sr. M. Paula FCh dengan tema Tuhan Memanggilku; Aku Menjawab ‘Ya Tuhan’.

**Sr. M. Ruth FCh
Foto: Dokumentasi Kongregasi FCh
