PW St. Kornelius dan St. Siprianus
Bacaan: 1 Timotius 3:1–13; Mazmur 101:1–6;
Lukas 7:11–17; BcO: Hosea 10:1–15;
Melayani dengan Penuh Kasih

Saudara-saudari terkasih, dalam suratnya kepada Timotius, Rasul Paulus menjelaskan kriteria bagi seorang pemimpin jemaat. Seorang penilik atau diakon harus hidup tidak bercela, bijaksana, mampu menguasai diri, setia, tidak serakah, dan dihormati karena kesalehannya. Syarat-syarat ini menegaskan bahwa pelayanan bukan soal jabatan atau posisi, tetapi tentang kesaksian hidup yang memuliakan Tuhan. Kepemimpinan rohani menuntut integritas dan tanggung jawab, sebab seorang pemimpin menjadi teladan bagi umat. Pesan ini sebenarnya berlaku bukan hanya bagi pemimpin gereja, tetapi bagi setiap orang beriman yang dipanggil untuk memberi pengaruh baik melalui hidupnya.
Dalam Injil Lukas, kita melihat Yesus yang tergerak oleh belas kasihan kepada seorang janda di kota Nain. Ia mendatangi perempuan itu, menghiburnya, lalu membangkitkan anaknya yang telah mati. Tindakan Yesus menunjukkan hati yang penuh kepedulian. Belas kasih-Nya bukan hanya kata-kata, tetapi nyata dalam perbuatan yang membawa kehidupan. Mukjizat ini bukan sekadar menghidupkan kembali seorang anak muda, melainkan juga memulihkan harapan dan sukacita ibunya. Dari kisah ini kita belajar bahwa pelayanan sejati lahir dari hati yang peduli.
Jika kedua bacaan ini kita satukan, tampaklah gambaran pelayanan yang dikehendaki Allah: hidup kudus sekaligus berhati penuh kasih. Seorang pelayan Tuhan tidak cukup hanya menjaga dirinya agar tidak bercela, tetapi juga harus peka terhadap penderitaan orang lain. Paulus menekankan kualitas hidup seorang pemimpin, sedangkan Yesus memberi teladan kasih yang memulihkan. Keduanya harus berjalan bersama dalam hidup kristiani.
Renungan ini mengajak kita bertanya: sudahkah hidup kita mencerminkan kesalehan dan kasih Kristus? Sudahkah kita menjadi teladan dalam keluarga, pekerjaan, dan lingkungan kita? Apakah kita peka terhadap orang yang sedang berduka dan menderita? Sebagai pengikut Kristus, kita semua dipanggil membawa harapan lewat sikap hidup dan kepedulian kita. Kesaksian hidup yang selaras dengan kasih Kristus dapat mengubah hati banyak orang.
Karena itu, Tuhan memanggil kita untuk melayani, bukan dilayani; menghibur, bukan menghakimi; memberi harapan, bukan menambah beban. Semoga kita semakin layak di hadapan Allah dan menjadi berkat bagi sesama, sehingga nama Tuhan dimuliakan melalui hidup kita.
**Fr. Eston
Tingkat 1–Calon imam KAPal