Renungan Harian Sabtu, 4 Oktober 2025

PW St. Fransiskus dr Assisi (Hari Sabtu Imam)

Bar. 4:5-12,27-29; Mzm. 69:33-35,36-37; Luk. 10:17-24; BcO 2Raj. 20:1-19; (P)

Hidup Sederhana

Hidup sederhana | Foto: Pinterest

Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, hari ini Gereja memperingati hari wafatnya Santo Fransiskus dari Assisi. Ia adalah sosok pribadi yang berani meninggalkan dunia yang penuh dengan kemewahan kemudian memilih hidup miskin, sederhana, dan penuh kasih. Cara hidupnya layak untuk kita teladani. Ia menunjukkan bahwa sukacita sejati itu tidak datang dari harta atau kuasa, melainkan dari sebuah penyerahan diri secara total kepada Allah, tanpa banyak kekhawatiran yang ada.

Bacaan Injil hari ini menceritakan tentang kembalinya tujuh puluh murid Yesus yang penuh dengan sukacita karena mereka telah berhasil mengusir roh jahat. Namun, Tuhan Yesus mengingatkan mereka bahwa sukacita sejati itu bukanlah soal kuasa, melainkan karena nama mereka tertulis di surga. Artinya, yang dapat kita ambil ialah kebahagiaan kita bukan terletak pada apa yang bisa kita lakukan atau capai, tetapi pada sebuah kenyataan yang jauh lebih mulia yaitu bahwa kita ini adalah anak-anak Allah yang dikasihi-Nya.

Santo Fransiskus Asisi sungguh menghidupi pesan ini. Ia berani mengosongkan dirinya dari hal-hal duniawi, dari harta, kuasa, bahkan hawa nafsu. Ia sungguh peduli kepada mereka yang miskin, sakit, dan tersingkirkan. Ia mempercayakan segalanya hanya kepada Allah. Itulah sebabnya hidup santo Frannsiskus begitu murni, hatinya pun bersih, dan namanya sungguh terukir dalam hati Allah sendiri.

Semuanya itu ia lakukan untuk menghidupi apa yang dikehendaki oleh Yesus sendiri. Ia bahkan menyapa seluruh makhluk ciptaan dengan sebutan ’saudara atau saudari’, mulai dari matahari, bulan, sampai binatang dan tumbuhan, semua harus dihormati, dijaga, dan dirawat karena ia melihat semuanya berasal dari Allah sendiri.

Saudara-saudari, kita pun diajak untuk belajar dari Fransiskus. Kita tidak harus melepaskan semua harta seperti dia, tetapi kita bisa meneladaninya dengan cara hidup sederhana, tidak berlebihan, peduli pada tetangga, peka pada orang kecil yang  ada di sekitar kita, dan berani menaruh sukacita kita hanya pada Allah. Dunia hari ini sering mengukur kita dari pekerjaan, prestasi, atau barang yang kita punya. Namun Fransiskus mengingatkan kita, akan identitas kita yang paling berharga adalah bahwa kita adalah anak-anak Tuhan yang dikasihi-Nya.

Mari kita berani hidup dalam kesederhanaan dan kerendahan hati, bukan untuk dipandang baik oleh orang lain, melainkan ungkapan syukur kita atas kasih Allah yang senantiasa tercurah bagi kita. Dengan demikian, akhirnya kita pun boleh merasakan sukacita sejati itu, sukacita yang tidak bisa diambil oleh siapa pun, yaitu karena nama kita sudah tertulis di surga. Semoga Tuhan memberkati kita semua.

Fr. Delho Panca Firdaus Sinaga

Tingkat 2

Leave a Reply

Your email address will not be published.