Bakti Sosial Komunitas Misa Komsos di Yayasan Bagus Mandiri Insani: Wujudkan Iman yang Menyapa

Komunitas Misa Komsos Keuskupan Agung Palembang mengadakan kegiatan bakti sosial di Yayasan Bagus Mandiri Insani (BMI), sebuah panti rehabilitasi yang menampung dan merawat orang dengan gangguan jiwa (ODGJ), gelandangan, serta orang terlantar, di Perumahan Kampung Tara, Kelurahan Talang Batutu, Kecamatan Sukarami, Palembang, pada Minggu (2/11/2025) siang. Kegiatan yang diikuti oleh 30 orang anggota komunitas ini didampingi Ketua Komisi Komsos Keuskupan Agung Palembang, Romo Titus Jatra Kelana, Romo Paskalis Aditya Wardana SCJ, dan Fr. Marselinus Wahyu Setyo Aji SCJ.

Romo Jatra bersama Komunitas Misa Komsos mengunjungi Yayasan Bagus Mandiri Insani.

Yayasan BMI yang berdiri sejak 2016 dan dikelola secara mandiri oleh Agus Mulyono bersama keluarga dan ketiga belas relawan ini melayani 321 orang, terdiri dari laki-laki dan perempuan dari berbagai usia, mulai dari anak-anak hingga lansia. Banyak di antara mereka adalah ODGJ lansia yang memerlukan perhatian dan kasih sayang khusus.

Kegiatan bakti sosial diwujudkan dalam bentuk pembagian makan siang gratis bagi seluruh penghuni panti rehabilitasi. Anggota Komunitas Komsos bersama relawan panti dengan penuh semangat melayani dan berinteraksi dengan para ODGJ, menciptakan suasana yang hangat dan penuh sukacita. Bagi Komunitas Komsos, kegiatan sederhana ini merupakan bentuk nyata iman yang diwujudkan melalui tindakan kasih dan kepedulian terhadap sesama yang menderita. Setiap senyuman dan sapaan kecil menjadi ungkapan bahwa mereka tidak dilupakan dan tetap memiliki tempat dalam keluarga besar manusia.

Penghuni Yayasan BMI antri untuk makan.

Agus Mulyono menjelaskan bahwa berdirinya Yayasan BMI bermula dari tradisi keluarganya yang sejak 2012 berbagi makanan setiap hari Jumat untuk orang-orang terlantar dan gelandangan. Seiring waktu, ia dan keluarga menyadari bahwa pemberian makanan saja belum cukup untuk membantu dan mengubah situasi hidup mereka.

Dari kesadaran inilah, bersama keluarga ia memulai gerakan nyata untuk merawat dan memulihkan martabat orang-orang yang terpinggirkan. Ia menuturkan bahwa sebenarnya fokus pertama pendirian lembaga ini adalah bagi ODGJ perempuan yang kerap menjadi korban kekerasan dan pelecehan. Namun, dalam perjalanan dan perkembangannya justru lebih banyak menampung ODGJ laki-laki.

“Tempat ini adalah tempat rehabilitasi bagi segala umat, tanpa memandang agama, usia, gender, dan suku. Semua kita terima dan kita layani,” jelasnya.

Setiap hari dibutuhkan setidaknya 105 kg beras untuk mencukupi makan mereka. Ia bersyukur meski belum ada perhatian dan keterlibatan Pemerintah, saat ini ada banyak pribadi atau komunitas yang mau ikut ambil bagian dalam karya kemanusiaan ini.

Dalam kesempatan tersebut, selaku pendamping Komunitas Misa Komsos, Romo Titus Jatra Kelana menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan cara komunitas untuk menghidupi iman melalui aksi nyata. Menurutnya, iman dan doa seharusnya dapat terwujud dalam tindakan nyata, menghadirkan wajah Gereja yang penuh kasih di tengah masyarakat, terutama bagi mereka yang menderita dan tersingkir.

Romo Jatra sedang menyapa salah satu penghuni Yayasan BMI.

Sementara itu, Koordinator Komunitas Misa Komsos, Leonardus Anuar Salim, dalam sambutannya menjelaskan bahwa bakti sosial ini merupakan upaya untuk berbagi sukacita dan turut serta dalam perjuangan memanusiakan manusia. Menurutnya, apa yang dikerjakan oleh Agus Mulyono dan tim relawannya merupakan kegiatan yang menginspirasi banyak orang untuk tidak tinggal diam melihat penderitaan di sekelilingnya.

Agus Mulyono

Selanjutnya, seraya menyampaikan terima kasih atas kunjungan dan perhatian yang diberikan Komunitas Komsos, Agus juga menyampaikan harapannya, khususnya bagi Pemerintah. “Saya berharap agar pemerintah juga semakin memperhatikan nasib orang miskin dan terlantar, sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar, yakni bahwa negara wajib memelihara mereka yang lemah dan membutuhkan. Bantuan sosial dari pemerintah, seperti Makan Bergizi Gratis (MBG), juga dapat dibagikan kepada mereka yang benar-benar memerlukan, khususnya bagi orang dengan gangguan jiwa (ODGJ), gelandangan, serta orang-orang terlantar,” ungkapnya

Kegiatan hari itu ditutup dengan doa dan foto bersama. Pengalaman perjumpaan singkat itu meninggalkan kesan mendalam tentang kasih yang bekerja dalam keheningan dan ketulusan. Bantuan meski kecil, sangat berarti bagi mereka yang membutuhkannya.

**Fr. Marselinus Wahyu Setyo Aji SCJ (Kontributor Palembang)

Foto: Komsos KAPal

Leave a Reply

Your email address will not be published.