Renungan Harian Rabu, 5 November 2025

Rm. 13:8-10; Mzm. 112:1-2,4-5,9; Luk. 14:25-33; BcO Yer. 30:18-31:9; (H)

Menyala

Urip Iku Murup

Saudara-saudari terkasih, dalam bacaan Injil hari ini Yesus menegaskan pentingnya totalitas komitmen dalam mengikuti-Nya. Menjadi murid Kristus berarti berani melepaskan segala keterikatan pada keluarga, harta, dan diri sendiri demi kasih kepada-Nya. Yesus menuntut kesediaan untuk memikul salib dan menghadapi segala tantangan hidup dengan iman yang teguh. Hanya dengan cara itulah seorang murid dapat menjadi “garam dan terang dunia”, menjadi pribadi yang bernilai dan berguna bagi sesama. Sabda Yesus sangat jelas: “Tiap-tiap orang di antara kamu yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku.”

Dalam terang sabda ini, marilah kita merenungkannya dalam bingkai Tahun Arah Dasar III Keuskupan Agung Palembang, yakni Tahun Komunitas Basis Gerejawi (KBG). Ada dua hal penting yang dapat kita hayati bersama. Pertama, komunitas adalah tempat untuk berbagi iman, harapan, dan kasih. Agar sebuah komunitas dapat hidup dan berkembang, Yesus harus menjadi pusat dari segala aktivitasnya. Ketika Yesus menjadi pusat hidup bersama, maka seluruh dinamika komunitas akan selalu terarah kepada-Nya. Salah satu cara untuk mewujudkannya ialah dengan menjadikan KBG sebagai ruang perjumpaan iman — tempat untuk membaca dan merenungkan Sabda Tuhan, berdoa bersama, membangun persaudaraan, serta melakukan karya kasih yang nyata sesuai ajaran Kristus.

Kedua, komunitas yang sejati adalah komunitas yang bersedia memikul salib dalam kebersamaan. KBG bukan hanya tempat untuk berbagi sukacita rohani, tetapi juga tempat untuk saling berbagi beban hidup. Salib dapat dimaknai sebagai pengalaman pergumulan, penderitaan, atau tantangan yang dihadapi dalam keluarga dan masyarakat. Dalam kebersamaan itu, kita saling meneguhkan dan menguatkan agar iman tidak pudar, tetapi justru semakin bertumbuh dan matang dalam kasih Kristus.

Pepatah Jawa berkata, “Urip iku murup,” hidup itu harus menyala. Hidup yang menyala berarti hidup yang memberi terang dan manfaat bagi orang lain. Sebagai anggota KBG, kita dipanggil untuk menjadi pribadi yang menyala dalam iman, harapan, dan kasih — menghadirkan kehangatan, pengharapan, dan semangat hidup bagi sesama. Ketika hidup kita menyala bagi orang lain, kita turut menjadi saksi bahwa kasih Kristus sungguh hidup dan bekerja di tengah dunia.

Semoga hidup kita yang “menyala” ini semakin memuliakan Tuhan dan membawa terang bagi sesama. Urip iku murup — hidup itu harus memberi terang! Semoga Tuhan memberkati kita semua.

**Fr. Heribertus Dino-Tingkat 1

Foto: Pinterest

Leave a Reply

Your email address will not be published.