JAKARTA – Malam ini menjadi puncak acara yang ditunggu oleh para peserta SAGKI 2025. Setelah empat hari bergumul dalam narasi, diskusi, refleksi yang panjang dan terkadang membosankan serta melelahkan, saatnya para peserta mengolah apa yang sudah diperoleh dalam bentuk malam keakraban.
Setiap hari dalam suasana rehat siang atau sesudah acara selesai, para peserta menggunakan waktu tersebut untuk berlatih agar bisa menampilkan performance terbaik pada malam ini. Mereka bersiap dan berlatih di arena sidang karena delapan peserta untuk setiap keuskupan belum tentu berasal dari kota yang sama di tempat asal mereka.
Mereka hanya bisa memanfaatkan sisa-sisa waktu di tengah-tengah kesibukan mengikuti agenda SAGKI 2025 yang padat. Maka pada jam-jam istirahat, suara merdu, tarian tunggal maupun tarian bersama senantiasa muncul sebagai bentuk persiapan dan latihan mereka. Dan kini saat yang ditunggu dan dipersiapkan itu pun tibalah.
Malam keakraban diawali dengan sapaan MC kepada para peserta per regio. Dilanjutkan Amigos band membukanya dengan menyanyikan lagu “Hidup ini adalah kesempatan” serta beberapa lagu yang bersifat rohani maupun kedaerahan.
Penampilan Regio Kalimantan, MAM, OCI yang meriah
Kesempatan pertama diberikan kepada regio Kalimantan yang menampilkan tarian dari Kalimantan dengan beberapa penari berkostum merah dengan hiasan bulu burung enggang di kepala. Bapak Kardinal Ignatius Suharyo tampak sangat menikmati penampilan ini. Mgr Riana Prabdi (Uskup Keuskupan Ketapang) ikut tampil berbaur dengan peserta lainnya. Mgr. Agustinus Agus, emeritus Uskup Keuskupan Agung Pontianak, tak mau kalah dengan menyumbangkan suaranya dan mendapat tsambutan hangat dari para peserta. Suara beliau mengundang parapeserta lain turun ke arena untuk menari bersama.
Penampilan kedua diberikan kepada regio MAM (Makassar, Amboina, Manado) dengan tarian pergaulan mereka yang menarik para peserta untuk ikut bergoyang bersama kembali. Para peserta pun mulai kembali memenuhi arena kosong untuk ikut menari bersama. Bahkan mereka membuat tari polonaise sendiri di bawah panggung.
Selanjutnya, dilanjutkan dengan tarian singkat dari keuskupan kategorial OCI, keuskupan TNI/Polri. Sayangnya Ignatius Krdinal Suharyo tidak ikut serta menari dan menyanyi bersama mereka. Rm Yos Bintoro Pr wakil uskup OCI menyanyikan lagu “saya laskar Kristus” untuk menutup penampilan mereka.
Regio Jawa: mengajak tebak-tebakan
Sesudah itu, regio Jawa yang dipimpin oleh rm. Yus Ardianto Pr mengikuti di belakang OCI. Mereka membuka penampilan dengan medley lagu Manuk Dadali, Rek Ayo Rek, Ketua KWI pun memasuki arena untuk ikut bergoyang.
Rm. Yus seperti biasanya memberi beberapa pertanyaan kepada peserta. mereka yang dapat menjawab cepat dan benar mendapat hadiah berupa alat kesehatan. “Kami menyediakan alat kesehatan ini karena setiap hari cek kesehatan menunjukkan banyaknya peserta yang menderita tekanan darah tinggi,” ujarnya.
Kemudian dilanjutkan lagi dengan joget bersama para peserta seluruhnya diiringi lagu medley Jogja Istimewa, Neng Ayo Neng yang diubah syairnya mengikuti situasi regio Jawa.
Selanjutnya Regio Papua dengan kostum khas daerah mereka menampilkan tarian dan nyanyian. Para Uskup Keuskupan Agung Merauke, Keuskupan Jayapura, dan Sorong tak segan-segan ikut serta memeriahkan penampilan regio mereka dan ikut menyanyi lagu Burung Cenderawasih. Penampilan mereka ditutup dengan sebuah tarian pergaulan khas Papua.
Regio Sumatra membuka penampilan mereka dengan tarian perarakan dan nyanyian Sinanggar Tulo. Delegasi dengan jumlah penampil terbanyak tampak sangat kompak menari. Mgr Adrianus Sunarko OFM dan Uskup Vitus Rubianto SX yang dalam keseharian tampil serius turut berprtisipasi bersama para utusan dari enam keuskupan di Regio Sumatra. Demikian juga Mgr. Kornelius Sipayung, Mgr Harun Yuwono, Mgr Sinaga, Mgr Vincensius semua berpartisipasi di dalam malam keakraban ini.
Ignatius Kardinal Suharyo larut dalam penampilan Regio NTT
Penampilan mereka dibuka dengan tarian Rumpa Rampe yang menyimbolkan keanekaragaman suku dan etnis yang ada di Nusa Tenggara Timur. Sembilan uskup dari Regio Nusra dipanggil untuk ikut menari. Tampak Mgr Budi Kleden dengan penuh semangat dan sukacita berpartisipasi dalam gerak dan lagu. Akhirnya, Ignatius Kardinal Suharyo dan Ketua KWI, Mgr Anton juga ikut menari Gemu Famire bersama delegasi dari NTT.
Penampilan per regio sudah selesai. Acara selanjutnya adalah kuis berhadiah yang dipandu oleh Rm. Yus Ardianto Pr. Panitia menyediakan tiga laptop untuk para pemenang terbaik dan flashdisk untuk mereka yang kalah. Kuis berhadiah diikuti oleh perwakilan dari 38 keuskupan.
Malam keakraban, langkah lanjut mewujudkan pengharapan dan sinodalitas
Melihat penampilan para utusan dari 10 regio kita disadarkan dengan kekayaan budaya Indonesia yang sangat luar biasa. Keragaman dalam musik, nyanyian dan baju daerah melambangkan kemajemukan yang membentuk negara dan bangsa ini. Suatu kekayaan yang senantiasa patut kita syukuri dan rawat. Ini juga menyimbolkan keanekaragaman Gereja Indonesia yang hadir mewarnai bangsa ini sekaligus menjadi harapan untuk membawa harmoni dan perdamaian ke seluruh penjuru negeri.
Semoga tema SAGKI 2025 “Berjalan bersama sebagai peziarah pengharapan: Menjadi gereja sinodal dan misioner untuk perdamaian” dan rekomendasi esok pagi dapat diwujudnyatakan sesudah para peserta pulang dari perjumpaan iman ini seperti sudah diamanatkan oleh Dokumen Abu Dhabi bahwa mereka adalah “dokumen hidup yang akan meneruskan dialog, persaudaraan dan kerja sama” ke daerah mereka masing-masing.
**Harini B
Freelance, Contributor for Dokpen KWI
Foto: Tim Pubdok SAGKI 2025
Direpost ulang dari: https://www.mirifica.net
