Pada Kamis pagi, Paus Leo menerima kunjungan Presiden Negara Palestina, Mahmoud Abbas, di Vatikan. Dalam pertemuan tersebut, keduanya menyoroti “urgensi untuk memberikan bantuan kepada penduduk sipil di Gaza”.
Pertemuan ini menjadi momen tatap muka pertama antara Paus Leo dan Presiden Abbas, setelah sebelumnya mereka hanya berkomunikasi melalui sambungan telepon.
Menurut pernyataan dari Kantor Pers Takhta Suci, suasana pertemuan berlangsung hangat dan bersahabat. Dalam pembicaraan itu juga ditekankan “pentingnya mengakhiri konflik dengan terus memperjuangkan solusi dua negara”. Dalam kesempatan tersebut, Paus Leo dan Presiden Abbas saling bertukar hadiah sebagai tanda persahabatan dan penghargaan timbal balik.

Ziarah ke Makam Paus Fransiskus
Sehari sebelum pertemuan dengan Paus Leo, Presiden Abbas terlebih dahulu berziarah ke Basilika Santa Maria Maggiore untuk memberikan penghormatan di makam Paus Fransiskus.
Ziarah tersebut merupakan kegiatan pertama Presiden Abbas setibanya di Roma pada Rabu sore. Kepada para jurnalis yang menunggunya di tangga basilika, ia mengatakan, “Saya datang untuk menemui Paus Fransiskus karena saya tidak pernah lupa apa yang telah beliau lakukan bagi Palestina dan rakyat Palestina. Saya juga tidak lupa bahwa beliau mengakui Negara Palestina tanpa ada yang memintanya.”
Didampingi oleh Pastor Ibrahim Faltas, seorang Fransiskan asal Mesir yang pernah menjabat sebagai Vikaris Kustodi Tanah Suci, Presiden Abbas berdoa sekitar lima belas menit di makam sederhana dari marmer putih bertuliskan Franciscus. Ia juga meletakkan seikat bunga di atas makam tersebut.

Satu Dekade Perjanjian Komprehensif Takhta Suci–Palestina
Kunjungan Presiden Abbas ke Vatikan kali ini juga bertepatan dengan peringatan 10 tahun penandatanganan Perjanjian Komprehensif antara Takhta Suci dan Negara Palestina yang ditandatangani pada 26 Juni 2015.
Dokumen tersebut menegaskan komitmen kedua pihak terhadap penentuan nasib sendiri bagi bangsa Palestina dan dukungan terhadap solusi dua negara sebagai jalan damai yang berkelanjutan.
Selain itu, perjanjian tersebut juga menyoroti arti penting Yerusalem sebagai kota suci yang memiliki makna religius dan simbolis bagi umat Yahudi, Kristen, dan Muslim di seluruh dunia.
**Joseph Tulloch
Foto: Vatican Media
Diterjemahkan dan disadur kembali oleh Fr. Bednadetus Aprilyanto dari: https://www.vaticannews.va
