Keb. 18:14-16,19:6-9; Mzm. 105:2-3,36-37,42-43; Luk. 18:1-8; BcO Yeh. 14:12-23; (H)

Berdoa dan Berjaga
Saudara-saudari terkasih, ada saat-saat di mana hidup terasa seperti tanah yang bergoyang. Apa yang kita pikir stabil ternyata retak. Sahabat yang kita percaya pergi. Impian yang kita bangun perlahan runtuh. Doa yang kita panjatkan seolah tak dijawab. Dan diam-diam, kita mulai lelah. Kita tetap hadir di gereja, tersenyum saat pelayanan, ketika ditanya kabar dengan mantap membalas “puji Tuhan”, padahal di dalam hati, kita sedang mempertanyakan arah.
Kisah Injil hari ini menampilkan sosok Yesus yang mengajar para muridNya dengan memberikan pesan tentang pentingnya ketekunan dalam mengejar keadilan. Dalam pesanNya yang masih relevan hingga saat ini, Yesus menggambarkan seorang janda yang ingin mendapatkan keadilan dari seorang hakim yang tidak takut akan Allah dan tidak menghormati setiap orang. Meskipun hakim ini tidak memiliki niat baik, janda itu tak kenal menyerah dan terus menghadapinya dengan permohonan keadilan.
Saudara-saudari terkasih, kita sering dihadapkan dengan situasi seperti di atas, diperlakukan tidak adil, terpinggirkan, diabaikan, atau bahkan dianiaya. Ia memberikan satu jalan keluar yang nyata: berjaga dan berdoa. Ini bukan sekadar aktivitas rohani, tapi cara hidup. Sebuah kesadaran bahwa iman tidak bisa dibiarkan mengalir begitu saja, apalagi saat dunia sedang goyah. Berjaga artinya tidak tertidur secara rohani. Tidak membiarkan hati kita tumpul. Tidak membiarkan dunia mencuri kepekaan akan hadirat Tuhan. Berdoa artinya tetap terhubung, walau kita tidak mengerti, walau kita tidak merasa kuat.
Dalam kondisi seperti itu, kisah perempuan yang tak jemu berdoa itu mengajarkan bahwa ketekunan sangat penting dalam mencapai tujuan kita. Ia menginspirasi kita agar tidak mudah menyerah dan tetap tekun berjuang untuk dalam kebenaran. Tuhan ingin kita senantiasa bergantung hanya kepadaNya saja.
Yesus tahu akan datang saat di mana hanya yang berjaga dan berdoalah yang mampu bertahan berdiri. Bukan karena mereka lebih hebat, tapi karena mereka tidak pernah memutuskan hubungan dengan Sumber kekuatan sejati. Mungkin kita sedang ada di titik paling lelah atau di titik paling sunyi.
Tapi hari ini, Tuhan datang dan menyapa bukan untuk menghakimi, melainkan untuk membangunkan dan memanggil kita kembali: bangkitlah dan angkatlah mukamu, kembali berjaga, berdoa, dan berdiri dengan teguh. Bukan karena kita sempurna, tapi karena Tuhan belum selesai membentuk kita, bejana tanah liat yang rapuh ini. Biarlah kita ditemukan tetap berdiri di hadapan Tuhan, dalam kasih-Nya dan dalam kesetiaan yang kita pelihara hari demi hari. Semoga Tuhan memberkati kita semua.
**Fr. Antonius Bintang Christian – Tingkat I
Foto: Pinterest
