Renungan Harian Selasa, 18 November 2025

PF Pemberkatan Gereja Basilika St. Petrus dan Paulus

2Mak. 6:18-31; Mzm. 4:2-3,4-5,6-7; Luk. 19:1-10; BcO Yeh. 18:1-13, 20-32; (H)

Zakheus ingin melihat Yesus dan Yesus memanggil namanya.

Belajar dari Zakheus

Saudara-saudari terkasih, dalam Injil hari ini kita bertemu dengan Zakheus, seorang pemungut cukai yang dikenal sebagai orang yang berdosa dan terasing dari masyarakat. Ketika Yesus memasuki Yerikho, Zakheus yang badannya pendek berusaha untuk melihat-Nya, tetapi pandangannya terhalang oleh banyaknya orang. Ia pun memanjat pohon ara agar dapat melihat Yesus. Ketika melihat Zakheus, Yesus pun mengatakan keinginanNya untuk singgah di rumahnya.

Meskipun kaya, Zakheus hidup dalam kesepian dan stigma sosial. Sebagai pemungut cukai, ia dianggap pengkhianat oleh bangsanya sendiri, bekerja sama dengan penjajah Romawi. Namun, keinginannya untuk melihat Yesus menunjukkan kerinduan akan sesuatu yang lebih dalam hidupnya. Ketika Yesus melihatnya, Dia memanggil Zakheus dengan nama dan mengatakan bahwa Ia akan tinggal di rumahnya.

Ini adalah momen yang mengguncang hidup Zakheus; bukan hanya karena Yesus adalah sosok yang terkenal, tetapi karena Yesus melihatnya sebagai pribadi yang berharga, bukan sekadar pengumpul pajak yang terasing. Setelah pertemuannya dengan Yesus,  ia berjanji untuk memberikan setengah dari hartanya kepada orang miskin dan mengembalikan empat kali lipat kepada siapa pun yang telah ia tipu. Perjumpaan itu mengubah hidupnya secara penuh.

Melalui kisah ini, kita belajar tentang kasih, penerimaan, dan transformasi. Kita melihat kasih Allah tidak mengenal batas. Kehadiran Yesus menegaskan bahwa Ia tidak hanya datang untuk orang-orang yang baik dan benar, tetapi justru untuk mereka yang hilang, tersisih, dan terabaikan. Kasih yang tulus dapat mengubah hati dan menggerakkan Zakheus dan kita semua untuk melakukan tindakan nyata. Ketika kita mengalami kasih Allah, kita tidak hanya dipanggil untuk menerima, tetapi juga untuk berbagi berkat dengan orang lain.

Akhirnya, Yesus menyatakan tujuan-Nya: “Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.” Ini adalah inti dari misi-Nya dan merupakan pengingat bagi kita bahwa setiap orang memiliki nilai di mata Allah. Kita diundang untuk berpartisipasi dalam misi ini, untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang dalam komunitas kita.

Saudara-saudari terkasih, dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menjumpai orang-orang seperti Zakheus, yang merasa tidak layak dan terpinggirkan. Kisah ini mengingatkan kita untuk membuka mata, hati, dan tangan bahwa setiap orang, tanpa terkecuali, pantas mendapatkan kasih dan penerimaan. Seperti Zakheus berani mencari Yesus meskipun ada banyak rintangan, kita pun boleh bertanya diri, apakah kita mampu melihat orang lain dengan cara yang sama, mengingatkan mereka akan kasih Allah yang tidak terbatas? Mari kita belajar menjadi saluran kasih dan penerimaan, serta berkomitmen untuk membawa perubahan yang positif di dunia di sekitar kita. Semoga Tuhan memberkati kita semua.

**Fr. Falveus Gonsalves – Tingkat 4

Foto: Pinterest

Leave a Reply

Your email address will not be published.