DEVOSI DALAM PENGHAYATAN  IMAN

Oleh. Romo Daniel Depan Pratama

PENGANTAR

Iman

Iman merupakan jawaban manusia atas panggilan cinta kasih Ilahi dengan penuh kepercayaan. Setiap orang mengekspresikan imannya dengan cara berbeda, sesuai kepribadian dan kecenderungan masing-masing. Penghayatan iman menumbuhkan inspirasi untuk semakin mendalami iman. Dalam Gereja Katolik, inspirasi iman melahirkan ajaran dan tradisi.

Tradisi

Tradisi menjadi wujud penghayatan iman umat beriman. Penghayatan iman tercermin dalam berbagai bentuk: Perayaan liturgi dan Sakramen-sakramen; Bacaan dan renungan Kitab Suci; Doa dan devosi. Konsili Vatikan II melalui Konstitusi Sacrosanctum Concilium menegaskan:  Liturgi adalah puncak kehidupan Gereja. Hidup rohani tidak hanya melalui liturgi, tetapi juga harus diperkaya dengan praktik kesalehan seperti devosi.

Sacrosanctum Concilium, No. 13 : “Devosi-devosi umat beriman yang sesuai dengan norma dan hukum Gereja sangat dianjurkan, terutama bila dilaksanakan atas perintah Takhta Apostolik. Namun, devosi-devosi itu harus diatur sedemikian rupa sehingga selaras dengan tahun liturgi, menyesuaikan diri dengannya, dan mengarah kepada liturgi suci, karena liturgi jauh lebih unggul daripada devosi-devosi tersebut.”

 DEVOSI

Apa itu Devosi dalam Gereja Katolik

Etimologi

Asal Kata: Devotio (Bahasa Latin) à Devovere (Kata Kerja) artinya kebaktian, pengorbanan, penyerahan, sumpah, kesalehan,  cinta bakti. Makna dasar: Menunjuk pada sikap hati yang penuh cinta dan kesetiaan, disertai tindakan nyata yang dihormati. Dalam Konteks Kristiani: Devosi adalah bentuk penghayatan iman di luar liturgi resmi, sebagai ungkapan kasih dan kesetiaan kepada Allah.

LiturgiDevosi
Bersifat resmi, baku, dan diatur oleh Gereja.Bersifat bebas, spontan, dan bisa dilakukan pribadi atau bersama.
Dipimpin oleh pelayan resmi (uskup, imam, diakon).Dapat dilakukan siapa saja, tanpa keharusan pelayan resmi.
Mengikat seluruh Gereja.Bersifat pilihan dan pribadi.

Perbedaan Liturgi dan Devosi:

Perkembangan Devosi dalam Gereja Katolik

Sejak Gereja Perdana

Bentuk devosi sudah ada meskipun sederhana, seperti penghormatan kepada Yesus, Bunda Maria, dan Para Kudus. Dalam Kitab Suci sudah tampak bentuk devosi, misalnya:

  • Iman akan kehadiran Kristus dalam Ekaristi (Yoh 6:51-58),
  • Penghormatan kepada Maria (Luk 1:39-56),
  • Penghormatan kepada orang kudus, terutama para martir melalui relikuinya (abad ke-2).

Zaman Patristik (abad awal):

Muncul kesadaran akan peran Bunda Maria dalam sejarah keselamatan. Konsili Efesus (413) menetapkan Maria sebagai Bunda Allah (Theotokos) à devosi kepada Maria makin berkembang. Pesta-pesta untuk menghormati Maria mulai masuk dalam liturgi resmi.

Abad Pertengahan

Devosi berkembang pesat karena umat merasa terasing dari liturgi (bahasa Latin hanya dipahami klerus). Muncul devosi populer: rosario, jalan salib, novena, ziarah, kebaktian Sakramen Mahakudus. Devosi menjadi sarana umat sederhana untuk tetap mengungkapkan iman.

Konsili Trente (abad ke-16)

Menegaskan keseragaman liturgi dengan bahasa Latin à umat makin jauh dari partisipasi aktif. Akibatnya devosi pribadi makin meluas.

Konsili Vatikan II

Mendorong pembaruan liturgi agar umat lebih aktif dan mengerti makna perayaan. Devosi tetap dipertahankan, tetapi harus selaras dengan liturgi, bukan menggantikannya.

Sikap Gereja terhadap Devosi

Gereja mengakui secara positif peranan devosi dalam penghayatan iman umat. Devosi memberi sumbangan besar bagi kehidupan liturgi.  Namun, ada pedoman penting:

1. Devosi tidak boleh menggantikan liturgi resmi Gereja.

2. Harus dijauhkan dari praktik magis.

3. Harus sesuai dengan ajaran iman Gereja yang benar.

Tingkatan Devosi

  • Latria: Penyembahan hanya kepada Allah.
  • Hyperdulia: Penghormatan khusus kepada Maria.
  • Dulia: Penghormatan kepada orang kudus.

Jenis-Jenis Devosi

Devosi kepada Tritunggal Mahakudus

Dasar seluruh kehidupan rohani (menurut Santo Agustinus). Mengajak umat menyadari kehadiran Bapa, Putra, dan Roh Kudus dalam diri melalui sakramen baptis. Mendorong umat meneladan sifat dan tindakan Allah Tritunggal.

Devosi kepada Roh Kudus

Roh Kudus dipahami sebagai Allah yang menyertai, menyucikan, dan memberi kekuatan rohani. Devosi ini mengajak umat terbuka terhadap bimbingan Roh Kudus, menerima rahmat-Nya, dan hidup dalam kebajikan Ilahi.

Devosi kepada Kristus

  1. Devosi kepada Sang Sabda yang Menjadi Daging

Meneladan Yesus yang menjelma menjadi manusia (Inkarnasi). Ditekankan oleh Santo Bernardus dan Kardinal Berulle. Intinya: meneladan cinta kasih Allah yang rela turun menjadi manusia.

  • Devosi kepada Kemanusiaan Yesus

Menyadari bahwa kemanusiaan Yesus adalah sarana kehadiran Allah. Dibagi dua:

  1. Kanak-Kanak Yesus (Natal): meneladan kerendahan hati dan kesederhanaan Yesus (dikembangkan oleh St. Fransiskus Asisi).
  2. Hidup tersembunyi Yesus (Nazaret): meneladan Yesus pekerja dan kehidupan sederhana (dikembangkan oleh Margaretha dari Sakramen Mahakudus dan Charles de Foucauld).
  3. Devosi kepada Sengsara Yesus

Berasal dari abad ke-4. Mengingat penderitaan dan wafat Yesus melalui doa pada jam-jam tertentu (jam 9, 12, dan 3). Tujuannya menumbuhkan rasa syukur dan cinta kepada Kristus yang menderita demi manusia.

  • Devosi kepada Sakramen Mahakudus

Berawal abad ke-12–14, berkembang pesat abad ke-19. Tujuan: Menyembah kehadiran Yesus dalam rupa roti. Bentuknya: adorasi, kunjungan ke Sakramen Mahakudus, pesta Corpus Christi. Menguatkan cinta pada Ekaristi.

  • Devosi kepada Hati Yesus Yang Mahakudus

Dikenalkan oleh Santa Gertrudis dan Santa Mechtildis; disebarluaskan oleh Santa Margaretha Maria Alacoque (abad ke-17). Menyembah cinta kasih Yesus kepada Bapa dan manusia. Lambang cinta ilahi yang rela berkorban.

  • Devosi kepada Yesus Imam Agung dan Abadi

Menyadari Yesus sebagai Imam dan Kurban sejati. Berhubungan dengan Ekaristi dan sengsara Tuhan. Mengajak umat mempersembahkan diri bersama Kristus kepada Bapa.

  • Devosi kepada Kristus Raja

Berdasar iman bahwa Yesus adalah Raja alam semesta dan hati manusia. Dirayakan dalam Pesta Kristus Raja, akhir tahun liturgi. Mengajak umat meneladan kepemimpinan dan ketaatan Kristus.

  • Devosi kepada Yesus “Ibu Kita

Dikenalkan oleh Santo Anselmus (abad pertengahan). Menggambarkan kelembutan dan kasih Yesus seperti seorang ibu yang memberi hidup rohani bagi manusia.

Devosi kepada Bunda Maria

Salah satu devosi paling populer dalam Gereja Katolik. Didasarkan pada peran Maria dalam karya keselamatan. Bentuknya: Rosario, Novena Tiga Salam Maria, Devosi Tujuh Dukacita Bunda Maria. Terus berkembang dalam berbagai gelar dan perayaan Maria di seluruh dunia.

Devosi kepada Para Malaikat dan Para Kudus

Para malaikat: dihormati sebagai pelindung, terutama malaikat pelindung pribadi (litani, doa khusus). Para kudus: dihormati melalui pesta, relikui, dan perlindungan pribadi (nama baptis, pelindung gereja, tempat, dll). Tujuannya meneladan kehidupan kudus mereka.

Devosi kepada Jiwa-Jiwa di Api Penyucian

Ditujukan untuk mendoakan arwah agar segera bersatu dengan Allah. Tanda kasih kepada mereka yang telah meninggal. Dikembangkan oleh Santo Alfonsus melalui Novena untuk Jiwa-Jiwa di Api Penyucian.

Devosi kepada Gereja dan Terutama kepada Bapa Suci

Mengungkapkan cinta dan kesetiaan kepada Gereja sebagai Tubuh Mistik Kristus. Devosi kepada Paus melambangkan penghormatan terhadap tugas sucinya sebagai Wakil Kristus di dunia. Berkembang di kalangan awam dan para pemimpin dunia Katolik.

Berbagai Bentuk Devosi Lain

Devosi juga diarahkan pada benda-benda atau lambang iman, seperti: Altar, relikui, gambar, patung, salib, medali, dan rosario. Benda-benda ini membantu umat mengarahkan hati kepada Allah dan memperdalam iman, bukan untuk disembah.

DEVOSI KERAHIMAN ILAHI

Inti Devosi Kerahiman Ilahi

Percaya pada Kerahiman Allah: Yesus mewahyukan kepada St. Faustina Kowalska untuk percaya bahwa Allah itu sungguh Maharahim dan siap mengampuni siapapun yang datang kepada-Nya. (Yesus Engkau andalanku).

Menerima dan Mengalami Kerahiman Itu: Devosi ini merupakan undangan untuk mengalami kasih Tuhan lewat sakramen-sakramen (terutama Pengakuan Dosa dan Ekaristi), doa dan hidup yang dibersihkan dari dosa.

Menjadi Saksi dan Saluran Kerahiman bagi Orang Lain: Membagikan kasih-Nya lewat perbuatan, perkataan, dan doa.

Bentuk-Bentuk Devosi Kerahiman Ilahi

Gambar Yesus Sang Kerahiman Ilahi dengan tulisan “Yesus, Engkau andalanku.” Koronka Kerahiman Ilahi (Doa Rosario singkat untuk memohon belas kasih bagi dunia). Jam Kerahiman (jam 3 sore — mengenangkan saat Yesus wafat di salib). Pesta Kerahiman Ilahi, Minggu kedua setelah Paskah.

Bahaya atau Resiko Devosi yang Perlu Diwaspadai:

Formalitas tanpa iman: Devosi jadi rutinitas tanpa makna rohani. Pemisahan dari liturgi: Jika devosi dianggap lebih penting dari Ekaristi, ini keliru. Magis atau takhayul: Menganggap doa sebagai “mantra” untuk mendapat berkat. Fanatisme sempit: Memaksakan satu bentuk devosi seolah paling benar.

Sikap yang Benar dalam Menghayati Devosi

Menyadari bahwa devosi melengkapi, bukan menggantikan liturgi. Dilakukan dengan iman yang sadar, bukan kebiasaan kosong. Terarah kepada Kristus dan keselamatan sesama. Disertai buah nyata dalam kasih, kerendahan hati, dan pelayanan.

Buah Rohani dari Devosi

Menumbuhkan kasih kepada Allah dan sesama. Membentuk hati yang sabar dan rendah hati. Mendorong pelayanan, pengampunan dan pengharapan. Membantu Gereja bertumbuh dalam kesatuan iman.

Leave a Reply

Your email address will not be published.