“Dokumen ini menjadi salah satu dokumen yang sangat penting bagi gereja, namun sampai pada saat ini tidak terlalu bergema di kalangan Gereja. Alasannya karena pembahasan dokumen dipandang terlalu spiritual dan internal. Hal ini menjadi tantangan sekaligus undangan bagi para peserta FKPR 2025 yang hadir untuk mendalami dan menggemakan dokumen ini.”
Demikian diungkapkan oleh Romo Antonius Purwono SCJ saat menyampaikan paparannya dalam Workshop dengan tema Mengasah Kecerdasan Hati dalam Arus Kecerdasan Buatan dalam Terang Dokumen Dilexit Nos dan Antiqua et Nova yang diselenggarakan oleh Tim Bina Lanjut Forum Kerjasama Pemimpin Religius (FKPR) Provinsi Gerejawi Sumatera Bagian Selatan di Rumah Retret Giri Nugraha Km. 7 Palembang pada Rabu (19/11/2025). Kegiatan yang berlangsung selama 3 hari pada Senin-Kamis, 17-20 November 2025 ini diikuti oleh 30 peserta, terdiri dari imam diosesan Keuskupan Agung Palembang dan biarawan-biarawati dari berbagai kongregasi, yaitu FCh, HK, FSGM, KKS, CB, SCJ, O.Carm, SSCC, dan FIC.

Lebih lanjut, Romo Purwono SCJ juga mengajak para peserta untuk membaca, merenungkan, dan menghayati salah satu ensiklik mendiang Paus Fransiskus berjudul Dilexit Nos (Ia Mengasihi Kita) yang dirilis pada 24 Oktober 2024 silam. Dalam pengantarnya, ia memberikan apresiasi kepada Tim Bina Lanjut FKPR karena telah mengusung tema workshop yang menarik dan aktual.
Secara mendalam dan reflektif Romo Purwono menyampaikan bahwa manusia membutuhkan cinta Ilahi supaya hati yang lemah kembali pada tujuan, yaitu hati Yesus sebagai pusat tumpuan.
Dehonian yang menyelesaikan studi Hukum Gereja di Kanada ini menutup presentasinya dengan pertanyaan refleksi, “Apa yang membuat hati Anda lebih mudah atau lebih sulit untuk mendengar suara Tuhan? Melihat situasi dunia yang terpecah, luka sosial dan ketidakpeduliaan, tindakan konkret apa yang dapat kita lakukan untuk menghadirkan hati Kristus?”, pungkasnya.
**Diakon Fransiskus Dedy Saputra SCJ (Kontributor Palembang)
Foto: Komsos KAPal dan PubDok Charitas
