Salah satu program pembinaan bagi seminaris Kelas Rhetorica di Seminari Menengah St. Paulus Palembang adalah katekese yang diwujudkan dengan berbagai kegiatan pendampingan bagi kelompok-kelompok kategorial seperti Sekolah Minggu atau Bina Iman Anak, Bina Iman Remaja, dan misdinar di paroki-paroki Kota Palembang. Mereka tidak hanya dididik melalui materi akademik di seminari, tetapi juga didorong untuk merasakan pengalaman pastoral yang nyata di tengah-tengah umat.
Dalam pelaksanaannya, secara rutin pada Minggu Pertama dan Ketiga para seminaris hadir berkolaborasi bersama para pendamping di paroki. Kegiatan yang menjadi bentuk sinergi dalam pembinaan para calon imam antara Seminari Menengah Santo Paulus dan paroki-paroki di Kota Palembang ini dirancang dengan beberapa tujuan untuk mendukung perkembangan panggilan dan semangat pelayanan para seminaris.

“Tujuan utamanya adalah agar kami para seminaris tidak hanya belajar dalam bentuk teori, tapi kami belajar berinteraksi langsung dengan umat, dalam hal ini anak-anak,” ungkap seminaris Kelas Rhetorica B asal Kuasi Paroki St. Yohanes Paulus II Binakarsa, Hipolitus Aji Pangestu, saat mengajar pada Minggu (16/11/2025) di Paroki Santo Yoseph Palembang.
Lebih lanjut, Aji, demikian ia biasa disapa juga menuturkan bahwa selain mempraktikkan teori yang diperoleh di bangku kuliah, sebagai calon imam mereka juga mendapat kesempatan untuk belajar berpastoral. “Tujuan kedua adalah untuk menumbuhkan jiwa pastoral dan kegembalaan sejak dini. Dengan mengajar, kami belajar memahami karakter anak-anak, menjawab pertanyaan-pertanyaan iman mereka yang polos, dan menjadi sahabat dalam perjalanan iman mereka,” imbuhnya.
Menurutnya, perjumpaan bersama kelompok bina di paroki juga menjadi kesempatan bagi para seminaris untuk mengasah keterampilan dalam berkomunikasi, mereka belajar menerjemahkan konsep-konsep iman ke dalam bahasa yang sederhana dan cara yang kreatif serta menyenangkan bagi anak-anak, seperti melalui lagu, permainan, dan cerita. Berinteraksi langsung dengan anak-anak yang dilayani seringkali menjadi pengalaman yang meneguhkan dan memurnikan motivasi panggilan mereka untuk menjadi seorang imam.
“Kami mendapatkan pengalaman nyata tentang dinamika kehidupan paroki, belajar bekerja sama dalam kelompok dengan para katekis awam, dan menghadapi tantangan-tantangan pastoral di lapangan,” tegas Aji.

Kehadiran mereka sebagai orang muda yang mendedikasikan hidupnya untuk Tuhan, menjadi kesaksian hidup dan teladan yang positif bagi anak-anak. Anak-anak mendapatkan suasana pengajaran yang segar dan dinamis dari para seminaris yang muda dan energik. Kehadiran para calon imam ini diharapkan dapat menumbuhkan benih-benih panggilan di hati anak-anak, baik panggilan menjadi imam, biarawan, biarawati, maupun menjadi awam yang aktif di Gereja.
“Ini adalah belajar iman di mana teori dan praktik bertemu, dan di mana semangat muda diwujudkan dalam kasih pelayanan yang nyata,” pungkasnya.
**Andreas Kevin Tripati Sitanggang & Mikael Fajri
(Seminaris Kelas Rhetorica)
