PW Dionisius dan Redemptus, Biarawan-Martir Indonesia
Yes 2:1-5 atau Yes 4:2-6; Mzm 122:1-2.3-4a.(Mzm 122: 4b-5.6-7.) Mzm 122:8-9; Mat 8:5-11; BcO Yes. 1:21-27; 2:1-5; (M)

Teguh dalam Iman
Saudara-saudari terkasih, hari ini Gereja memperingati Beato Dionisius dan Redemptus, yang mengalami kemartirannya di Aceh, Indonesia. Dikisahkan pada tahun 1638 mereka berdua termasuk dalam rombongan misi diplomatik yang diutus ke Aceh oleh Wakil Raja Portugis di Goa, Pedro da Silva. Saat itu Aceh baru saja berganti sultan, dari Sultan Iskandar Muda ke Sultan Iskandar Thani. Pedro da Silva ingin menjalin hubungan persahabatan karena hubungannya dengan sultan terdahulu tidak begitu baik.
Misi diplomatik yang dipimpin oleh Dom Francisco Sousa de Castro ini tiba di Ole-Ole (kini: Kotaraja) dan disambut dengan ramah. Tetapi keramahan tersebut ternyata hanyalah tipu muslihat belaka. Orang-orang Belanda telah menghasut Sultan Iskandar Thani dengan menyebarkan isu bahwa bangsa Portugis datang hanya untuk menyebarkan agama Katolik di wilayah Aceh. Akibatnya, semua anggota misi ini ditangkap, dipenjarakan, dan disiksa agar menyangkal imannya. Karena mereka tetap bertahan dalam iman, akhirnya mereka pun dihukum mati.
Saudara-saudari terkasih, Injil hari ini menceritakan tentang perwira yang mempunyai iman yang besar dan meminta bantuan kepada Yesus untuk menyembuhkan hambanya, namun tindakan Yesus berbeda dari yang lain yaitu dengan kata-kata. Perwira yang dalam Injil hari ini adalah seorang yang sangat terpandang dan semua prajurit taat mengikuti perintahnya. Namun saat di hadapan Yesus ia menempatkan diri sebagai seorang hamba. Dengan penuh iman dan kerendahan hati ia datang kepada Yesus serta memohon agar Yesus berkenan menyembuhkan hambanya yang sedang sakit. Perwira ini merasa tidak layak jika Yesus datang ke rumahnya, namun dengan kepercayaan yang besar ia percaya hanya dengan kata-kata Yesus saja dapat menyembuhkan hambanya. “Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh.” Ini lah kata-kata perwira itu kepada Yesus.
Saudara-saudari terkasih, keteguhan iman perwira dalam kisah Injil dan kedua martir Indonesia, Beato Dionisius dan Redemptus yang kita kenangkan hari ini menjadi teladan nyata bagi kita dalam beriman. Banyak di antara kita merasa bahwa dengan berdoa iman akan semakin besar, nyatanya doa saja tidak cukup, doa harus berbuah dalam kehidupan kita sehari-hari yaitu dengan mengasihi sesama kita. Iman bukanlah sebuah perasaan tapi tentang keputusan kita untuk terus bersandar pada Yesus Kristus, Juruselamat kita.
Yesus mencintai semua orang dengan cinta yang besar dan kesempatan untuk dicintai dan diselamatkan itu terbuka bagi siapa saja. Maka, mari kita terus bersandar padaNya, teguh dalam iman dan berbuah dalam sikap hidup yang baik, di hdapan Tuhan dan sesama di mana pun kita berada. Semoga dari Tuhan senaniasa memberkati kita semua.
**Fr. Friglius Frimus Klau–Tingkat 1
Foto: Pinterest
