Yes 26:1-6; Mzm 118:1.8-9.19-21.25-27a; Mat 7:21.24-27; BcO Yes. 16:1-5;17:4-8; (U)

Hidup dalam Sabda
Saudara-saudari terkasih, bacaan pertama dari kitab Yesaya hari ini menggambarkan sebuah kota yang kuat karena dijaga oleh tembok keselamatan. Di kota itu, orang benar menemukan ketenteraman dan kedamaian. Sumber kekuatan dan rasa aman itu adalah iman yang teguh kepada Tuhan. Yesaya berkata, “Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya.” Ini menjadi pengingat bahwa di tengah badai dan kesulitan hidup, Tuhan sendirilah pelindung kita.
Ketika kita percaya dan bersandar kepada-Nya, kita menerima damai sejahtera yang tidak mudah digoncangkan. Gambaran kota bertembok bukan hanya perlindungan fisik, tetapi lambang kehadiran Tuhan yang selalu menjaga hidup orang yang mengandalkan-Nya. Di tengah dunia yang penuh kecemasan dan ketidakpastian, kita sering merasa rapuh dan tidak berdaya; namun Yesaya menegaskan bahwa hati yang tetap teguh pada Tuhan akan selalu berada dalam penjagaan-Nya.
Sementara itu, Injil Matius mengingatkan bahwa tidak semua yang berseru “Tuhan, Tuhan” akan masuk ke dalam Kerajaan Surga. Iman sejati tidak diukur dari kata-kata atau penampilan rohani, tetapi dari kesediaan melakukan kehendak Bapa. Yesus menggunakan perumpamaan dua rumah: satu dibangun di atas batu, satu lagi di atas pasir. Keduanya diterpa badai, sebab tak seorang pun bebas dari ujian hidup. Namun rumah yang berdiri di atas batu—simbol ketaatan pada firman—tetap kokoh dan tidak roboh. Yesus ingin menegaskan bahwa doa dan pengakuan iman harus diwujudkan dalam tindakan nyata. Doa tidak Ia tolak, tetapi doa harus mengubah hati, cara hidup, dan sikap kita setiap hari.
Pada hari ini Gereja juga memperingati Santo Yohanes dari Damsyik. Ia memberikan teladan tentang iman yang teguh di tengah tantangan zaman. Ketika ajaran Gereja diguncang dan kebenaran diperdebatkan, ia tetap setia membela iman dengan kerendahan hati dan keberanian. Melalui hidupnya, ia menunjukkan bahwa iman sejati melahirkan keteguhan, keindahan, dan kesetiaan. Santo Yohanes mengingatkan kita bahwa ketika kita berpegang pada kebenaran dan memberi ruang bagi Tuhan untuk berkarya dalam hidup kita, badai dan tekanan hidup justru dapat menjadi kesempatan untuk memuliakan-Nya.
Semoga Tuhan senantiasa memberkati kita semua.
**Fr. Yulius Susilo–Tingkat 4
Foto: Pinterest
