Hak 13:2-7.24-25a; Mzm 71:3-4a.5-6ab.16-17; Luk 1:5-25; BcO Yes. 47:1-15; (U)

Percayalah
Saudara-saudari terkasih, hari ini Injil mengisahkan Zakharia dan Elisabet yang hingga masa senja mereka belum juga dikaruniai anak oleh Tuhan. Namun justru diusia senjanya Allah menyatakan karya-Nya yang besar yaitu, Elisabet akan melahirkan Yohanes, yang mempersiapkan jalan bagi Tuhan. Melalui kisah ini terdapat tiga hal penting yang dapat kita renungkan.
Pertama, Yohanes dipilih oleh Tuhan untuk melayani. Yohanes dipanggil sejak dalam kandungan untuk menjadi nabi yang mempersiapkan jalan bagi Tuhan. Seperti Yohanes, kita semua sebagai orang Katolik dipanggil sejak kita menerima sakramen Baptis. Kita dipanggil untuk menjadi saksi Kristus di dunia ini. Melalui Baptisan hendaknya kita menjadi terang bagi orang-orang di sekitar kita. Dengan menjadi terang berarti kita ambil bagian dalam mempersiapkan kehadiran Tuhan di dalam hati setiap orang.
Kedua, Keraguan manusia dan kesabaran Allah. Ketika malaikat mengatakan pada Zakharia bahwa doanya telah dikabulkan, justru Zakharia ragu dan tidak percaya. Karena tidak percaya, maka ia akhirnya menjadi bisu. Terkadang ketika situasi tampak mustahil kita juga mengalami keraguan dan ketidakpercayaan pada janji Tuhan. Namun yang perlu kita ingat ialah Tuhan tidak akan pernah membatalkan rencana-Nya. Ia akan tetap setia dan membimbing kita di tengah keraguan dan ketidakpercayaan yang sedang kita rasakan. Seperti Zakharia yang mengalami keraguan dan ketidakpercayaan, tetapi Tuhan tidak membatalkan apa yang telah direncanakan yaitu, kelahiran Yohanes. sebab iman sejati tumbuh ketika kita belajar percaya, bahkan tanpa mengerti segala yang akan terjadi.
Ketiga, Buah dari ketaatan adalah berkat dan sukacita. Setelah doa Zakharia terkabul, Elisabet mengandung seorang anak. Ini merupakan buah dari ketaatan Zakharia dan Elisabet kepada Tuhan. Ini menjadi berkat dan sukacita bagi mereka. Hal ini mendorong kita untuk selalu taat kepada Tuhan, sebab buah dari ketaatan adalah berkat dan sukacita.
Saudara-saudari, dari kisah Zakharia dan Elisabet ini mengajarkan kepada kita bahwa Tuhan memiliki cara-Nya sendiri untuk menjawab doa umat-Nya. Ketika kita merasa bahwa doa kita tidak terjawab, justru di situlah Tuhan sedang menunggu waktu yang paling tepat untuk menjawab doa-doa kita. Semoga kita pun mampu meneladani kesetiaan Zakharia dan Elisabet. Kita harus tetap percaya di tengah keraguan, tetap berharap meski belum melihat jawaban, dan bersyukur saat Tuhan menjawab doa-doa kita. Semoga Tuhan senantiasa memberkati kita semua.
**Fr. Ritma Agustio-Tingkat 1
Foto: Pinterest
