Rm. 14:7-12; Mzm. 27:1,4,13-14; Luk. 15:1-10; BcO Yer. 31:15-22,27-34; (H)

Menemukan yang Sesat
Saudara-saudari terkasih, bacaan Injil hari ini menampilkan dua perumpamaan yang sangat indah: tentang domba yang hilang dan dirham yang hilang. Ketika domba dan dirham itu akhirnya ditemukan oleh pemiliknya, muncullah rasa bahagia dan sukacita yang meluap, karena sesuatu yang hilang kini telah kembali ke tempatnya semula.
Kita tentu bisa membayangkan bagaimana rasanya kehilangan sesuatu yang berharga — entah itu handphone, dompet, laptop, motor, atau bahkan mobil. Saat menyadarinya hilang, kita akan berusaha sekuat tenaga mencarinya. Dan ketika akhirnya ditemukan, hati kita pasti dipenuhi rasa syukur dan kegembiraan yang besar. Gambaran sederhana ini membantu kita memahami maksud bacaan hari ini: bahwa Allah pun sungguh bersukacita ketika seorang anak-Nya yang berdosa mau bertobat dan kembali kepada-Nya.
Allah tidak pernah berhenti mencari kita, sekalipun kita sering tidak setia kepada-Nya. Ia digambarkan sebagai gembala yang penuh kasih, yang meninggalkan sembilan puluh sembilan domba demi mencari satu domba yang tersesat. Ia tidak menyerah sebelum menemukannya, karena setiap jiwa begitu berharga di mata-Nya. Demikian pula, Allah selalu berinisiatif mencari kita yang menjauh akibat dosa dan kelemahan, agar kita kembali mengalami damai dan kasih-Nya.
Kasih Allah itu aktif dan penuh inisiatif. Ia tidak duduk diam menunggu, tetapi datang menjemput kita dengan penuh belas kasih. Ia menghargai setiap pribadi dan tidak pernah memandang rendah siapa pun. Bagi Allah, satu orang berdosa yang bertobat jauh lebih berharga daripada sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak membutuhkan pertobatan. Sabda ini menegaskan betapa besarnya cinta dan kerahiman Allah kepada kita semua.
Maka, marilah kita menanggapi kasih Allah itu dengan hati yang rendah dan terbuka. Bila kita sadar telah tersesat, jangan ragu untuk kembali kepada-Nya. Ia tidak akan menegur dengan marah, melainkan menyambut kita dengan pelukan kasih dan sukacita yang besar. Semoga kita senantiasa membenahi hidup agar semakin selaras dengan kehendak-Nya dan menjadi pribadi yang membawa sukacita bagi sesama.
Semoga Tuhan yang penuh belas kasih memberkati dan meneguhkan langkah pertobatan kita setiap hari.
Fr. Firgilius Firmus Klau-Frater tingkat 1
Foto: Pinterest
