Renungan Harian Senin, 17 November 2025

PW St. Elisabet dr Hungaria, Biarawati

1Mak. 1:10-15,41-43,54-57,62-64; Mzm. 119:53,61,134,150,155,158; Luk. 18:35-43; BcO Yeh. 17:3-15,19-24; (P)

Santa Elisabeth membagikan makanan kepada sesamanya.

Terus Berharap

Saudara-saudari terkasih dalam Kristus, Injil hari ini mengisahkan tentang seorang buta yang duduk di pinggir jalan dekat Yerikho. Setiap hari ia mengemis, menggantungkan hidup pada belas kasihan orang lain. Hidupnya gelap, bukan hanya karena matanya buta, tetapi karena hatinya mungkin telah lama kehilangan harapan. Namun hari itu berbeda. Ketika mendengar suara orang yang ramai, ia bertanya, “Apa yang sedang terjadi?” Orang-orang menjawab, “Yesus dari Nazaret sedang lewat.” Seketika hatinya bergetar. Nama Yesus membawa cahaya di tengah kegelapan batinnya. Dengan penuh iman ia berseru, “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!” Walau orang banyak menegurnya agar diam, ia tidak berhenti. Ia berseru semakin keras karena tahu bahwa kesempatan itu mungkin tidak akan datang dua kali. Ia tidak dapat melihat, tetapi memiliki sesuatu yang jauh lebih besar—iman yang berani berharap.

Dan saat itulah terjadi sesuatu yang luar biasa: Yesus berhenti. Dua kata sederhana ini menyimpan makna yang mendalam. Yesus yang sedang menuju Yerusalem untuk melaksanakan karya keselamatan, berhenti karena mendengar satu suara iman. Tuhan semesta alam berhenti, bukan untuk seorang raja atau orang kaya, tetapi untuk seorang buta di pinggir jalan. Yesus kemudian meminta orang membawa dia mendekat dan bertanya, “Apa yang kau kehendaki supaya Aku perbuat bagimu?” Orang buta itu menjawab dengan tulus, “Tuhan, supaya aku dapat melihat.” Jawaban itu sederhana namun penuh makna. Ia tidak meminta harta, kehormatan, atau kekuasaan, tetapi kemampuan untuk melihat terang. Yesus pun berkata, “Melihatlah engkau; imanmu telah menyelamatkan engkau.” Seketika matanya terbuka, dan hal pertama yang ia lihat adalah wajah Yesus. Sejak saat itu, ia mengikuti-Nya sambil memuliakan Allah.

  Saudara-saudari terkasih, kisah ini bukan hanya tentang penyembuhan fisik, tetapi tentang iman yang membuka mata hati. Banyak di antara kita tidak buta secara jasmani, tetapi sering kali buta secara rohani. Kita gagal melihat kasih Tuhan dalam penderitaan, kita tidak peka terhadap sesama, dan kita kehilangan arah hidup. Namun Yesus masih terus lewat di jalan hidup kita—dalam doa, sabda, Ekaristi, dan kehadiran sesama. Pertanyaannya, apakah kita mau berseru seperti orang buta itu?

Dunia mungkin menyuruh kita diam, tetapi iman sejati tidak bisa dibungkam. Iman sejati berseru lebih keras karena percaya bahwa Yesus akan berhenti bagi mereka yang berharap. Yesus tidak pernah terlalu sibuk untuk berhenti mendengar doa anak-anak-Nya. Ia berhenti bukan karena kita besar, tetapi karena kasih-Nya besar.

Hari ini, mari kita dengarkan kembali pertanyaan Yesus: “Apa yang kau kehendaki supaya Aku perbuat bagimu?” Semoga kita menjawab dengan iman, “Tuhan, supaya aku dapat melihat,” agar mata hati kita terbuka untuk mengenal kasih dan karya keselamatan-Nya setiap hari. Teruslah berharap, karena pengahrapan tak pernah mengecewakan, Spes non confundit. Semoga Tuhan memberkati kita semua.

**Fr. Oliver Dito – Tingkat 1

Foto: Pinterest

Leave a Reply

Your email address will not be published.