Suasana hening dan khusyuk menyelimuti Kawasan Taman Doa Via Crucis Sukamoro, Banyuasin ketika pembimbing dan para peserta workshop Bina Lanjut Forum Kerjasama Pemimpin Religius (FKPR) Provinsi Gerejawi Sumatera Bagian Selatan melaksanakan ziarah dan Jalan Salib pada Rabu (19/11/2025) petang. Kegiatan ini menjadi salah satu rangkaian penting dalam workshop dengan tema Mengasah Kecerdasan Hati dalam Arus Kecerdasan Buatan dalam Terang Dokumen Dilexit Nos dan Antiqua et Nova yang berlangsung di Rumah Retret Giri Nugraha Palembang pada 17-20 November 2025.

Jalan salib yang diikuti oleh 30 peserta workshop ini menjadi ruang hening bersama untuk merenungkan kembali relasi mereka dengan teknologi, khususnya kecerdasan buatan (AI), yang semakin dekat dengan kehidupan pastoral masa kini. Para imam, biarawan, dan biarawati diajak untuk menyadari bahwa AI dapat melengkapi karya pastoral, namun tetap membutuhkan kebijaksanaan hati dalam menggunakannya.
Salah satu pembimbing kegiatan, Romo Paulus Halek Bere SSCC, menyampaikan bahwa Ibadat Jalan Salib ini sejalan dengan materi yang dibahas dalam workshop. Menurutnya, materi yang diolah dengan AI justru memperkaya permenungan karena dekat dengan realitas pelayanan masa kini. Ia menilai bahwa Gereja perlu terbuka terhadap perkembangan teknologi tanpa kehilangan arah rohani.

Romo Paulus juga mengapresiasi semangat seluruh peserta yang mengikuti kegiatan dengan antusias. Ia menilai partisipasi aktif ini menjadi tanda bahwa para peserta siap berdialog dengan teknologi dan mengintegrasikannya secara sehat dalam kehidupan pastoral. Antusiasme peserta juga menunjukkan adanya kerinduan untuk terus belajar dan memperdalam makna pelayanan di tengah perubahan zaman.
Sementara itu, salah seorang peserta, Sr. M. Antoni FSGM, mengaku bahwa materi yang disajikan membantunya memiliki pemahaman baru untuk memanfaatkan AI dalam mendukung pelayanannya seperti mempersiapkan doa, bahan pendampingan, dan kebutuhan rohani lainnya. Teknologi menurutnya tidak dapat menggantikan peran manusia sepenuhnya dalam kehidupan dan pelayanan.

Rangkaian ziarah dan Jalan Salib diakhiri dengan doa penutup bersama. Kegiatan tersebut meninggalkan kesan bahwa perpaduan antara spiritualitas tradisional dan teknologi modern bukanlah hal yang bertentangan, melainkan dapat menjadi kekuatan baru bagi pelayanan Gereja. Para peserta pulang dengan pesan bahwa kecerdasan buatan hanya akan bermanfaat apabila digunakan dengan kecerdasan hati dan kepekaan iman.
** Fr. Bednadetus Aprilyanto
