Sekilas Tentang Misa Krisma

Misa Krisma atau Misa Minyak Suci biasanya dirayakan pada pagi hari Kamis Putih di Gereja Katedral. Namun, jika di keuskupan tertentu tidak memungkinkan, Misa Krisma dapat dirayakan pada hari lain dan di satu paroki suatu keuskupan, menjelang pekan suci. Tradisi ini berasal dari Gereja perdana seperti yang tercatat dalam Sakramentarium Gelasius; dinamakan seturut Paus Gelasius I, wafat tahun 496.

Para imam yang berkarya di Keuskupan Agung Palembang menumpangkan tangan memberkati minyak Krisma, (Rabu, 30/03) – Foto: Kristiana Rinawati

KEISTIMEWAAN MISA KRISMA

Ungkapan Kesatuan Imamat

Dalam Misa Krisma, para imam yang hadir, menunjukan kesatuan imamat mereka dengan uskup setempat, yang menerima kepenuhan imamat Kristus. Biasanya sebelum Misa Krisma, seluruh imam yang berkarya di suatu keuskupan akan berkumpul bersama uskup, untuk rekoleksi dan saling mengaku dosa. Saat Misa Krisma berlangsung, para imam yang hadir membarui janji imamat mereka.

Pemberkatan Minyak-minyak Suci

Dalam Misa Krisma diberkati tiga macam minyak. Minyak-minyak itu adalah minyak katekumen (oleum catechumenorum atau oleum sanctorum), minyak orang sakit (oleum infirmorum), dan minyak krisma (sacrum chrisma). Setelah Misa, ketiga minyak yang sudah diberkati akan dibagi ke para imam, untuk dibawa pulang ke paroki masing-masing. Minyak-minyak suci itu digunakan dalam liturgi untuk mendatangkan Roh Kudus dalam tahun itu.

Mgr. Yohanes Harun Yuwono, Uskup Agung Palembang dan para imam merentangkan tangan memberkati Minyak Krisma (Rabu, (30/03) – Foto: Kristiana Rinawati

Bahan Baku Minyak-minyak Suci

Ketiga minyak suci merupakan minyak zaitun. Dalam Alkitab, minyak zaitun kerap kali disebut. Semua hal mulai dari jasmani, misalnya memasak, bahan bakar pelita, tanda penyambutan, penguburan, sampai dengan yang rohani, menggunakan minyak zaitun.  

Seturut tradisi Yahudi, minyak zaitun digunakan untuk mempersembahkan korban (bdk. Kel 29:40); mendedikasikan batu peringatan untuk menghormati Tuhan (bdk. Kej 28:18); dan untuk menguduskan kemah pertemuan, tabut perjanjian, meja, kaki dian, bejana, dan mezbah-mezbah (bdk. Kel 31:26-29). Gereja Katolik melestarikan tradisi ini dengan menggunakan zaitun dalam ritual sakramental.

Minyak Katekumen (Oleum Catechumenorum atau Oleum Sanctorum)

Minyak katekumen digunakan untuk mengurapi calon baptis atau katekumen, menjelang pembaptisan.  Santo Hipolitus dalam tradisi apostoliknya, menulis mengenai suatu “minyak eksorsisme”, yang digunakan untuk mengurapi para calon baptis. Makna pengurapan ini melambangkan kebutuhan manusia akan pertolongan Tuhan, untuk mematahkan belenggu masa lampau dan memperoleh perlindungan dari yang jahat, guna menyongsong pembaptisan dan hidup sebagai anak Allah.

Minyak Orang Sakit (Oleum Infirmorum)

Minyak orang sakit digunakan dalam Sakramen Pengurapan Orang Sakit. Tradisi ini berdasar pada surat St. Yakobus, “Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para panatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan. Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni” (Yakobus 5:14-15). Melalui pengurapan ini, orang sakit akan berserah pada pertolongan Tuhan saat sakitnya.

Minyak Krisma (Sacrum Chrisma)

Minyak krisma berasal dari campuran minyak zaitun dan balsam. Minyak ini digunakan Gereja untuk menguduskan atau mengkonsekrasikan orang maupun benda kepada Tuhan. Dalam perjanjian lama, para imam, nabi dan raja bangsa Yahudi diurapi dengan minyak ini. Sekarang, Gereja menggunakan Minyak Krisma dalam Sakramen Baptis, Sakramen Penguatan, dan Sakramen Tahbisan Suci, sebab ketiga sakramen ini menerakan suatu tanda sakramental yang tak terhapuskan.

Pemberkatan minyak krisma berbeda dari kedua minyak lainnya. Uskup menghembuskan nafas di atas bejana krisma, tanda Roh Kudus turun ke atas minyak Krisma. Hal yang sama ketika Tuhan Yesus menghembusi para rasul seraya berkata, “Terimalah Roh Kudus” (Yohanes 20:22).  Para imam yang hadir juga mengulurkan tangan kanan mereka ke arah minyak krisma. Melambangkan dalam persatuan dengan uskup, para imam ikut menyandang kewibawaan Kristus Sendiri, untuk membangun, menguduskan dan membimbing Tubuh-Nya, yakni Gereja (bdk. Konsili Vatikan II, Dekrit tentang Pelayanan dan Kehidupan Para Imam, No 2).**

Kristiana Rinawati

Leave a Reply

Your email address will not be published.