Paus Fransiskus melakukan perjalanan ke kota L’Aquila di Italia tengah, 13 tahun setelah gempa bumi dahsyat yang menewaskan 309 orang, dan mendorong warga untuk terus membangun kembali kehidupan mereka dengan iman kepada Tuhan.
Paus Fransiskus melakukan perjalanan 100 Km timur laut Roma dengan helikopter pada Minggu (28/8) pagi ke Kota L’Aquila di Italia tengah.
Dia memulai kunjungan pastoralnya dengan bertemu pejabat sipil dan keluarga korban gempa bumi 2009, yang terjadi di tengah malam pada 6 April 2009.
Sekitar 66.000 orang kehilangan tempat tinggal, dan 309 orang tewas setelah gempa dan getaran berikutnya.
Minggu, Paus Fransiskus mengikuti jejak pendahulunya, Benediktus XVI, yang melakukan kunjungan kurang dari sebulan setelah gempa, pada 28 April 2009. Paus juga mengunjungi reruntuhan Katedral St. Maximus, yang sebagian hancur akibat gempa berkekuatan 6,3 SR.

Iman dan Martabat di Tengah Rasa Sakit
Berbicara kepada warga L’Aquila, Paus Fransiskus mengungkapkan kedekatannya dengan keluarga mereka yang meninggal dan kepada seluruh komunitas yang terkena dampak parah dari peristiwa tersebut.
Dia memuji “martabat besar” dan kesaksian iman yang ditampilkan kota itu setelah malam yang tragis itu.
“Bahkan melalui rasa sakit dan kebingungan, yang menjadi milik iman peziarah kita, Anda telah mengarahkan pandangan Anda pada Kristus, yang disalibkan dan bangkit, yang dengan kasih-Nya telah menebus rasa sakit dan kematian dari ketidakberartian.”
Yesus, tambah Paus, telah mempercayakan orang-orang L’Aquila ke “lengan Bapa, yang tidak membiarkan satu air mata jatuh dengan sia-sia, bahkan setitik pun!”
Kematian Tidak Bisa Menghancurkan Cinta
Berbicara kepada keluarga dari 309 korban, Paus Fransiskus mengatakan orang yang mereka cintai beristirahat di hati Tuhan yang penuh belas kasihan.
“Komunikasi kami dengan mereka lebih hidup dari sebelumnya,” katanya. “Kematian tidak bisa menghancurkan cinta.”
Paus juga memuji cara umat Katolik di kota itu membangun “Kapel Peringatan”.
“Ingatan adalah kekuatan suatu bangsa,” katanya, “dan ketika ingatan ini diterangi oleh iman, bahwa orang tidak mampu untuk tetap menjadi tawanan masa lalu, melainkan berjalan di masa kini menghadap masa depan, selalu tetap terikat pada masa lalu, akar iman dan menghargai harta baik dan buruk dari pengalaman masa lalu.”

Pembangunan Kembali Rohani dan Jasmani
Banyak bangunan masih harus dibangun kembali di L’Aquila, kata Paus Fransiskus. Namun dia mengingatkan warga bahwa rekonstruksi fisik harus dibarengi dengan “pembangunan spiritual, sosial, dan budaya”.
“Kelahiran kembali secara pribadi dan kolektif adalah anugerah rahmat, dan tumbuh dari upaya setiap orang dan bersama-sama. Penting untuk memperkuat kolaborasi bersama — yang dilakukan secara sinergis — antara lembaga dan asosiasi: kerukunan yang melelahkan, upaya yang berpandangan jauh ke depan.”
Merawat Rumah Ibadat
Paus Fransiskus mengakhiri pidatonya kepada warga L’Aquila dengan pesan harapan dan berkat.
Ia juga mengingatkan bahwa gereja membutuhkan perhatian khusus dalam upaya pembangunan kembali.
“Mereka adalah warisan masyarakat, tidak hanya dalam arti sejarah atau budaya, tetapi juga dalam aspek identitas Anda,” katanya. “Batu-batu itu dipenuhi dengan iman dan nilai-nilai masyarakat, dan gereja-gereja juga menawarkan dorongan bagi kehidupan dan harapan masyarakat.” **
(Vatican News)