Ketika orang-orang El Salvador terus hidup di bawah ‘keadaan darurat’ karena lonjakan kekerasan geng, Kardinal Gregorio Rosa Chavez mengatakan situasi di negaranya ‘sangat rumit’ karena dialog tidak ada.
Presiden Nayib Bukele mengumumkan “keadaan darurat” di El Salvador pada 27 Maret, di tengah gelombang pembunuhan yang diduga dilakukan oleh geng.
Pemerintah mengatakan langkah itu akan membantu mengatasi kekerasan geng. Sekarang, 5 bulan kemudian, keadaan darurat masih berlaku.
Kelompok hak asasi, termasuk Human Rights Watch, mengatakan penangguhan sementara beberapa hak konstitusional mengancam kebebasan dan proses hukum warga Salvador.

‘Dialog Diperlukan Untuk Menemukan Kedamaian’
Kardinal Gregorio Rosa Chavez, Uskup Auxilier San Salvador, berbicara kepada Patricia Ynestroza dari Vatican News di sela-sela Consistori di Vatikan.
Dia mengatakan El Salvador sedang melalui “situasi yang sangat membingungkan dan rumit” karena keadaan darurat.
“Tidak ada dialog saat ini di negara ini. Ini sangat serius, karena banyak tembok dan tidak ada jembatan.”
Kardinal Salvador menambahkan bahwa tidak akan ada perdamaian sejati jika tidak ada dialog.
Semua orang, kata Kardinal Rosa Chavez, harus didengar. “Setiap orang dapat berkontribusi dari sudut pandang mereka sendiri, dan kami semua ingin membangun tanah air kami,” tandas Kardinal Rosa Chavez.
Kardinal juga mencatat bahwa Paus Fransiskus mendesak Gereja untuk kembali ke misi kesaksiannya, bahkan “sampai darah tercurah.”
“Paus mempersembahkan Gereja kemartiran; ini adalah Gereja Yesus Kristus,” katanya. “Kemartiran adalah karakteristik Gereja, dan kami memegang misi kemartiran, di mana pun kami berada.”
Perang Melawan Geng
Berbagai organisasi hak asasi mengatakan otoritas pemerintah telah menahan 50.000 tersangka anggota geng dan orang-orang yang terkait dengan mereka sejak Maret.
Presiden Bukele menyebut tindakan keras itu sebagai “perang melawan geng” yang bertujuan mengurangi kekerasan.
Observatorium Hak Asasi Manusia Universitarian —dikelola oleh Universitas Jesuit Amerika Tengah —telah merilis sebuah laporan yang memperingatkan tentang kasus-kasus penyiksaan yang diduga dilakukan oleh pasukan keamanan Salvador, bersama dengan kekuatiran tentang penahanan sewenang-wenang.
Jumat, 26 Agustus, Institute of Legal Medicine, sebuah badan pemerintah, mengakui kematian 73 orang di penjara yang ditangkap sebagai bagian dari keadaan darurat. **
Devin Watkins (Vatican News)