Ekaristi Pembuka OGF Imam Diosesan Balita Regio Sumatera: Imam Ungkapan Kasih Allah Kepada Manusia

On Going Formation (OGF) Imam Diosesan merupakan momen bina lanjut berjenjang, yang dilakukan para imam diosesan. Tahun ini, OGF Imam Diosesan Regio Sumatera dilakukan bagi imam balita, yaitu imam yang usia tahbisannya di bawah lima tahun.

“Dalam buku pedoman bina lanjut imam se-Regio Sumatera. Bina lanjut imam dipahami sebagai proses pembinaan diri yang terus menerus seumur hidup, berkesinambungan dan semakin mendalam, dalam beberapa dimensi hidup yang harus diolah dan dihidupi, yakni spiritualitas, intelektualitas, dan pastoral,” jelas RD Laurensius Pratomo, ketua tim OGF Regio Sumatera.

“Dimensi-dimensi ini yang dibutuhkan para imam, dan akan membentuk para imam yang sungguh religius dan manusiawi dalam tugas dan karya pastoral dengan penyerahan diri kepada Yesus, Sang Gembala Agung,” kata imam Diosesan Tanjung Karang ini. 

Adapun tema yang diusung dalam OGF Imam Diosesan Balita ini adalah Berjalan Bersama Menjadi Imam yang Tangguh. Kegiatan ini diselenggarakan mulai 27 Februari sampai dengan 3 Maret di Wismalat Podomoro. 

Sebanyak empat materi akan menjadi bahan studi bagi 40 orang imam peserta OGF, yakni sharing tentang pengalaman hidup (umat, biarawan, dan biarawati) bersama imam diosesan; kematangan spiritual sebagai imam; dokumen Gereja terbaru; dan citra imam diosesan Regio Sumatera, simpul harapan para uskup dan tokoh umat Katolik. Selain keempat materi itu, para imam peserta juga akan belajar lewat outbound, kunjungan ke keuskupan dan katedral, melihat karya-karya pendidikan, serta rekreasi ke beberapa tempat iconic di Kota Palembang.

Sore hari Senin, (27/2), rangkaian acara OGF Imam Diosesan Regio Sumatera dibuka dengan Ekaristi. Misa dipimpin oleh Mgr. Yohanes Harun Yuwono, Uskup Agung Palembang berlangsung di Paroki St. Stefanus Palembang. 

Uskup Harun dalam homilinya, mengingatkan imam dan umat yang hadir untuk selalu berbuat baik kepada semua orang. Ini karena Tuhan hadir dalam diri semua orang.

“Hari ini Yesus mengatakan apapun yang kamu lakukan untuk saudaraku yang paling hina ini, kamu lakukan untuk Aku. Memuliakan Tuhan harus dilakukan dalam perbuatan nyata. Memuliakan Tuhan harus diwujudkan dalam diri sesama. Menghormati sesama berarti menghormati Tuhan, karena Tuhan ada dalam diri sesama,” katanya.

Ekaristi Pembuka OGF Imam Diosesan Balita Regio Sumatera | Foto: Kristiana Rinawati/ KOMSOS KAPal

Katekese Berjenjang Ala Yesus

Menurut Uskup Harun, Tuhan Yesus melakukan katekese berjenjang. “Dalam perjamuan malam terakhir saat menahbiskan para rasul-Nya menjadi imam, Dia berkata, kalian tidak lagi Kusebut sebagai hamba. Hamba adalah budak. Bukan orang yang terhormat dan martabat. Yesus mengatakan kamu adalah sahabat. Predikat itu hanya berlangsung 3 hari,” jelasnya.

Para imam peserta OGF Regio Sumatera berfoto bersama umat yang hadir | Foto: Kristina Yuyuani Daro/ KOMSOS KAPal

Setelah bangkit dari kematian, Yesus tidak lagi menyebut para murid sebagai sahabat-Nya. “Di depan kubur, Dia mengatakan kepada perempuan itu (Maria Magdalena), ’Jangan menyentuh Aku, sebab Aku belum pergi kepada Allah-Ku dan Allahmu, Bapa-Ku dan Bapamu.’ Yesus mengatakan, bahwa manusia yang diwakili perempuan itu adalah saudarinya. ‘Tetapi pergilah dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku,’ yang tadinya ia disebut sahabat. Ini katekese berjenjang yang dilakukan Yesus,” kata Uskup Agung.

Koor dari Seminari Menengah St. Paulus Palembang dalam Ekaristi Pembuka OGF Imam Diosesan Balita Regio Sumatera | Foto: Kristiana Rinawati/ KOMSOS KAPal

Berbuatlah Baik!

Uskup Harun mengingatkan umat dan imam yang hadir tentang arah dasar Keuskupan Agung Palembang, yaitu umat Allah sebagai saudara-saudari Kristus. ”Kita bermartabat luhur. Saudara-saudari Kristus adalah anak-anak Allah. Bangga dan hidupilah! Sebagai anak-anak Allah adalah terang dan garam dunia, serta sakramen keselamatan bagi setiap ciptaan,” katanya.

Jika menghidupi Injil kata uskup, kita akan selalu berbuat baik kepada semua orang tanpa pandang bulu.

“Dalam pilihan hidup baik imam atau awam. Bukan hanya dihidupi dalam doa, liturgi di altar, tapi juga di pasar. Apalagi imam, in persona Christi. Para imam in persona Christi bukan hanya di altar, di manapun, di tempat gelap maupun terang. Imam adalah ungkapan Allah yang begitu baik, pengantara rahmat Allah yang begitu agung kepada manusia dan manusia kepada Allah. Pontifex, jembatan yang baik untuk dilewati. Semoga kita menghidupi panggilan kita sebaik Kristus menjalani perutusan-Nya, sehingga Allah berkenan kepada kita,” tutupnya.

**Kristiana Rinawati

Leave a Reply

Your email address will not be published.