Prajurit Ukraina Diselamatkan dengan Berdoa Rosario, Kenang Imam

Satu tahun sejak dimulainya perang antara Rusia dan Ukraina, seorang imam Katolik menceritakan bagaimana seorang tentara Ukraina terhindar dari pembunuhan dengan berdoa rosario.

Dalam sebuah wawancara dengan ACI Prensa, mitra berita CNA berbahasa Spanyol, Pastor Josafat Boyko, seorang anggota Institut Sabda yang Menjelma dan imam Paroki St Cyrilus dan Methodius di Ivano-Frankivsk di Ukraina barat, menjelaskan bahwa bagian dari pelayanannya adalah memberikan arahan spiritual kepada tentara yang berperang melawan invasi Rusia, yang dimulai 24 Februari 2022.

Pada suatu kesempatan, seorang tentara mengatakan kepadanya bahwa setelah meninggalkan tempat dia berdoa rosario, “sebuah bom jatuh” di atasnya.

“Jadi dengan berdoa rosario, dia diselamatkan dari kematian,” cerita imam itu.

Rosario

‘Suara Gereja Sangat Penting’

Boyko menekankan bahwa dalam menghadapi drama di Ukraina, “suara Gereja sangat penting untuk menyampaikan kebenaran.”

“Gereja harus mengangkat suaranya. Dia harus meneriakkan kebenaran kepada dunia tentang perang di Ukraina,” katanya.

“Banyak orang sekarat” di Ukraina, katanya, dan Ukraina dikenal karena membela “rakyat dan tanah mereka.”

Menurut Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, sejak 24 Februari 2022, ketika serangan bersenjata Rusia terhadap Ukraina dimulai, hingga 12 Februari tahun ini tercatat 18.955 korban sipil di negara tersebut dengan 7.199 tewas dan 11.756 terluka.

Namun, Boyko menunjukkan bahwa krisis tersebut terjadi beberapa tahun yang lalu. “Ukraina sejak 2014 berada dalam keadaan perang yang tidak diumumkan. Rusia mulai menyerang Ukraina dengan menyerang beberapa wilayah provinsi Donetsk, Luhansk, dan Krimea,” ujarnya.

Menghadapi krisis kemanusiaan saat ini, kata imam itu, “gereja-gereja di banyak tempat telah menjadi tempat perlindungan bagi orang-orang yang harus meninggalkan rumah mereka karena perang.”

“Jadi Gereja sebagai lembaga mulai menjadi seperti organisasi yang membantu memperoleh makanan dari berbagai negara di dunia bagi yang miskin dan membutuhkan.”

Selain itu, Boyko mengatakan bahwa “kami menyiarkan secara online saluran Josaft Boyko di YouTube dan kami berdoa untuk perdamaian.”
Orang yang “tidak punya gereja” juga bisa mengakses doa “melalui internet,” jelasnya.

Imam Ukraina itu menekankan bahwa “kami terus mewartakan Injil dan terus berdoa untuk pertobatan Rusia, serta apa yang Bunda Maria dari Fatima katakan pada tahun 1917, ketika dia meminta untuk berdoa bagi Rusia.”

“Kami ingin mempromosikan perdamaian dan bukan dendam,” tegasnya.

Sejak awal perang, mereka mengabdikan diri di paroki untuk membagikan makanan dan pakaian kepada orang miskin dan tentara. **

Ana Paula Morales (Catholic News Agency)

Leave a Reply

Your email address will not be published.