Meditasi Minggu, 07 Agustus 2022 – Minggu Biasa XIX Tahun C

“Harta di Surga dan Sikap Berjaga-jaga”

Keb 18,6-9; Ibr 11,1-2.8-19; Lk 12,32-48

Perumpamaan tentang “orang kaya yang bodoh” itu memancing reaksi orang banyak, tak terkecuali para rasul yang duduk di dekat Yesus. Kasak-kusuk terdengar di sana sini. Bukankah sudah menjadi keyakinan umum bahwa hasil panen yang melimpah dan kekayaan yang banyak adalah bukti bahwa seseorang itu terberkati dan benar di mata Tuhan? Bukankah penyakit dan segala jenis penderitaan lain adalah tanda hukuman, bahkan kutukan dari Tuhan? Bagaimana mungkin orang kaya seperti dalam perumpamaan itu tidak mendapat respect dari Yesus?

Panorama teks

Untuk memahami lebih lanjut makna perumpamaan tentang orang kaya yang bodoh itu, Yesus mengajak para murid-Nya untuk memetik pelajaran dari burung-burung di udara dan dari bunga bakung yang tumbuh di ladang (Lk 12,22-28). Tuhan memperhatikan kelangsungan hidup burung-burung di udara, yang tidak menabur, tidak menuai, dan tidak memiliki lumbung. Tuhan memberi keindahan kepada bunga bakung di ladang meskipun masa hidupnya sangat singkat. Para murid diajak untuk tidak kuatir dengan hal-hal lahiriah: makan, minuman, pakaian. Alih-alih mengumpulkan harta untuk kenyamanan diri sendiri, mereka diajar untuk memiliki kemurahan hati yang radikal.

Janganlah kuatir akan hidupmu … janganlah kuatir pula akan tubuhmu, … janganlah cemas hatimu”. Berkali-kali Yesus mengulangi seruan “jangan kuatir” ini. Yesus tidak menghendaki para murid-Nya bertindak seperti orang kaya yang bodoh dalam perumpamaan. Sebaliknya, Ia mendorong mereka agar keluar dari “kesendirian” dan berinvestasi harta di surga dengan “menjual harta mereka dan memberi sedekah” (Lk 12,33). Para murid didorong untuk berani bergerak dari harta duniawi kepada harta surgawi.

Di mana harta berada, di situ hati berada

“Janganlah takut, hai kamu kawanan kecil!” Demikian, kata-kata penghiburan Yesus menutup pengajaran tentang kekuatiran. Yesus meyakinkan para murid bahwa Allah akan memenuhi kebutuhan mereka, sama seperti seorang gembala menyediakan kebutuhan bagi domba-dombanya. Domba tidak punya alasan untuk takut, karena gembala ada di dekat mereka. Demikianlah,Tuhan akan menyediakan kebutuhan orang yang percaya.

Juallah segala milikmu dan berikanlah sedekah!” kata Yesus. Penginjil Lukas mencatat Yesus meminta murid-murid-Nya untuk membantu orang miskin. Yesus menjawab keberatan mereka yang kurang percaya tentang bagaimana kebutuhan mereka sendiri akan dipenuhi. Dia menegaskan bahwa mereka yang melakukannya sama halnya dengan menyimpan “harta di sorga yang tidak akan habis, yang tidak dapat didekati pencuri dan yang tidak dirusakkan ngengat” (Lk 12,33).

Bersiap dan berjaga

Setelah pengajaran tentang kedermawanan yang radikal itu, penginjil Lukas mengingatkan kembali bahwa Yesus sedang dalam perjalanan ke Yerusalem: “Hendaklah pinggangmu tetap berikat dan pelitamu tetap menyala”. Pinggang berikat merujuk pada pakaian luar yang longgar yang dikumpulkan di pinggang untuk mempermudah pekerjaan atau perjalanan. Ungkapan ini mengandung makna tentang bersiap siaga dan berjaga-jaga.

Nasihat ini disampaikan dalam dua perumpamaan. Perumpamaan pertama, tentang seorang tuan yang kembali dari pesta pernikahan, sebuah kisah yang mengingatkan pendengar-Nya pada perumpamaan tentang sepuluh gadis dalam Mt 25,1-13. Dalam perumpamaan pertama, para pelayan siap dan terjaga, bahkan meskipun tuannya belum kembali sampai larut malam. Hamba yang siap dan terjaga itu tidak hanya diberkati oleh tuannya (ay. 37, 38) tetapi juga diperlakukan dengan luar biasa: tuannya melayani mereka di meja.

Perumpamaan kedua berkaitan dengan pemilik rumah dan pencuri (ay. 39-40). Pencuri pada malam hari adalah motif umum untuk memberi kesan kepada pendengar tentang ketidakpastian suatu peristiwa. Tentu saja, pemilik rumah tidak tahu kapan pencuri akan datang; dan karena itu, pemilik rumah tidak bisa tetap terjaga sepanjang waktu. Namun, seseorang bisa tetap bersiap, meskipun tidak selalu terjaga. Anak Manusia akan datang, dan Ia akan datang secara tidak terduga, seperti datangnya pencuri waktu malam. Bersiap siaga dan berjaga-jaga membuat orang tidak perlu kuatir lagi.

Antara kekuasaan dan kesetiaan

Bagian pengajaran selanjutnya (ay. 41-48) tampaknya ditujukan kepada para pemimpin, yakni mereka yang diberi kewenangan dan kekuasaan untuk mengatur milik tuannya. Kekuasaan selalu menawarkan godaan untuk penyalahgunaan kewenangan dan memungkinkan orang mengeksploitasi orang lain. Pemimpin yang perilakunya didasarkan pada kesetiaan dan penantian akan kedatangan Tuhan kembali akan diberkati.

Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut”. Orang yang tidak setia dan sombong dalam kekuasaan akan dihukum sesuai dengan sifat perilaku mereka, pengetahuan mereka tentang kehendak Tuhan, dan tingkat kekuasaan serta hak istimewa yang dinikmati. Dengan demikian pertanggungjawaban kepada Tuhan seimbang dengan tingkat kepemimpinan dan pengaruh seseorang.

Pesan singkat

Anak Manusia akan datang pada saat yang tidak disangka-sangka. Orang harus selalu bersiap dan berjaga menyambut kedatangan-Nya. Menjalani kehidupan yang saleh dalam semangat kemurahan hati dan bersukacita dalam pelayanan adalah usaha yang dapat dikembangkan sebagai bentuk konkret dari mengumpulkan harta di surga dan sikap selalu berjaga-jaga.

Quezon City-Philippine 2022 @donjustin

Leave a Reply

Your email address will not be published.