“Jadikan Mamon sebagai Sarana Berkat”
Am 8,4-7; 1Tim 2,1-8; Luk 16,1-13

Minggu yang lalu Yesus menanggapi komplain dari orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat dengan menyampaikan pengajaran-Nya dalam tiga perumpanaan: tentang seorang [gembala] yang mempunyai seratus ekor domba (Luk 15,4-7); tentang perempuan yang memiliki sepuluh dirham (Luk 15,8-10), dan tentang seorang [bapa] yang memiliki dua orang anak (Luk 15,11-32). Ketiga perumpamaan itu dimaksudkan oleh Yesus untuk membela karya pelayanan-Nya kepada orang-orang yang terbuang, orang-orang yang hidup seperti anak bungsu, yaitu para pemungut cukai dan orang-orang berdosa lainnya. Di sisi lain, perumpamaan itu dimaksudkan oleh Yesus sebagai undangan kepada ‘saudara-saudara yang lebih tua’, yang menggerutu dan memprotes ayahnya, seperti orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat (Lukas 15,2), agar ikut ambil bagian dalam sukacita dari orang-orang yang kini menemukan jalan kembali ke rumah Bapa.
Sekarang Yesus menceritakan sebuah perumpamaan lagi kepada para murid-Nya, yaitu tentang bendahara yang tidak jujur. Yang dimaksud dengan “murid-murid” dalam Luk 16,1 ini kemungkinan, termasuk di dalamnya para pemungut cukai yang disebutkan pada bab sebelumnya, yaitu orang-orang yang mencari nafkah dengan memanfaatkan kecerdikannya terhadap orang lain (Luk 16,8). Dengan menempatkan perumpamaan ini langsung sesudah tiga perumpamaan sebelumnya, sepertinya Lukas bermaksud membiarkan para pembacanya membaca perikop ini dengan latar belakang yang sama dengan tiga perumpamaan sebelumnya.
Dua pandangan yang berlawanan: pandangan Tuhan dan manusia
Lewat perumpamaan ini Yesus juga mengajarkan para murid tentang bagaimana pandangan Allah dan pandangan manusia terhadap sesuatu. Perilaku bendahara yang tidak jujur jelas bukanlah tindakan yang patut untuk dicontoh. Tetapi kecerdikannya dalam mempersiapkan ‘masa depan-nya” setelah dia dipecat dari pekerjaan sebagai pengurus harta milik majikan, itu yang dipuji oleh Yesus dan majikan dalam perumpamaan itu.
Kembali kepada konteks perumpamaan, orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat komplain kepada Yesus karena para pemungut cukai dan orang-orang berdosa lain bergabung dalam komunitas Yesus. Mereka memandang kelompok yang lain secara stereotip berdasarkan kriteria hitam-putih, benar – salah, orang baik atau orang berdosa. Tuhan memandang manusia dengan pandangan belaskasihan.
Hati yang terbagi
Melalui perumpamaan tentang bendahara yang tidak jujur ini, Yesus mau mengajarkan para murid-Nya bahwa sia-sia saja orang yang mencoba melayani Tuhan dengan hati yang terbagi. Yesus berkata, “Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon” (ay.13).
Kelihatannya dalam perumpamaan ini ada gema dari Lukas 12, di mana harta benda terbukti menjadi batu sandungan bagi orang Kristen. Harta benda mungkin menggoda orang Kristen sehingga beralih dari fokus utama keselamatan mereka. Mereka terjebak dalam kelekatan terhadap harta benda dan menjadikannya landasan rasa aman mereka. Harta benda mengalihkankan pandangan mereka dari Tuhan yang berbelas kasih yang akan memberikan rasa aman sejati.
Menjalin persahabatan dengan mempergunakan Mamon
Yesus memerintahkan murid-murid-Nya untuk “menjalin persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur” (ay.9a). Kata “mamon” dalam bahasa Aram mengacu pada “uang atau harta benda”. Yesus menasihati para murid untuk mengikuti jejak bendahara yang cerdik, yang menggunakan mamon dengan murah hati untuk masa depan dirinya sendiri. Jika mamon digunakan dengan bijak, yaitu jika digunakan untuk berteman, maka ketika sudah habis, teman-teman itu dapat menerima Anda ke dalam kemah abadi.
Berteman dengan mamon yang tidak jujur bisa berarti juga mengacu pada sedekah dalam pemenuhan nasihat Yesus untuk “menjual hartamu dan memberi sedekah” (Luk 12,33). Mereka yang menerima sedekah menjadi teman Anda karena Anda berbelas kasih kepada mereka pada waktu kekurangan. Sama seperti tuan dalam perumpamaan itu dikenal sebagai orang yang berbelas kasih, pelayan itu meniru belas kasihan tuannya dalam menyelesaikan pertanggungjawabannya. Dia menggunakan mamon dengan penuh belas kasihan, dan itulah sebabnya dia dipuji sebagai orang yang cerdik-bijaksana. Sekali lagi, Yesus tidak sedang mengajarkan agar orang meniru perbuatan tidak jujur dari bendahara itu. Sebaliknya, Dia memerintahkan para murid, dan juga orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat untuk menampilkan kemurahan hati dan belas kasihan karena Allah sendiri telah memperlihatkan belas kasihan kepada orang-orang yang murah hati.
Pesan singkat
Kekayaan atau mamon dapat menjadi berkat tetapi juga dapat menjadi kutukan, tergantung pada apakah itu digunakan sebagai sumber daya untuk melayani orang lain atau sebagai sarana untuk menjalankan kekuasaan dan alat pemanjaan diri. Bahaya dari kelekatan kepada mamon adalah ia dapat mengubah fokus kita hanya tertuju kepada kesenangan kita sendiri. Mamon adalah sarana yang bagus jika digunakan dengan benar.
Quezon City-Philippine 2022 @donjustin