Biarkan Kelemahan Mendorongmu Semakin Dekat Dengan Yesus
(Sumber: F. Maucourant, A POCKET RETREAT FOR CATHOLICS, Sophia Institute Press, Manchester, New Hampshire, 2000)
Doa
“Tuhan Yesus, aliran jiwaku dengan sukacita,
dan kebaikan-kebaikanMu,
Agar aku seorang peziarah ini sampai di hadiratMu!”
Pengajaran
Pengantar
Tidak ada orang kudus tanpa kelemahan. “Tidak ada di dunia ini seseorang menjadi kudus yang terbebas dari kelemahan dan dosa. Untuk memiliki kekudusan kita tidak bisa bermalas-malasan seperti kita mengkhayal bisa terbang karena kita ini hanya anak ayam yang “trundul” belum punya bulu.
Semakin kita realistis dengan diri sendiri semakin kita yakin akan belaskasih Allah. Memang Allah tidak mencintai kekurangan kita, tetapi Ia mengasihi kita dengan kasih yang tulus agar kita mampu mengatasi kelemahan kita!” kata St Fransiskus de Sales. Ajaran St Fransiskus de Sales ini mengajak kita untuk semakin pasrah kepada Yesus. Dengan menyadari kelemahan dan ketidaksempurnaan, kita akan semakin rindu dekat dan mencintai Dia.
Kelemahan Jangan Membuat Putus Asa
Ketika kita melakukan kesalahan atau jatuh ke dalam dosa, janganlah heran. Tidak ada sesuatu yang harus diherankan; biarkan kelemahan tetap menjadi kelemahan; ketidaksemprunaan tetap ada dalam diri kita; dan penderitaan tetap kita alami. Kita mesti sabar terhadap diri sendiri karena kita ini manusia biasa bukan malaikat. Kita ini tidak pernah sungguh-sungguh ‘sehat’ sampai kita masuk ke dalam firdaus. Kejahatan dalam hati dan perbuatan kita seperti seekor kuda yang kita tunggangi! Tetapi kuda itu ‘tinggal di kaki’ – kita tetap bisa menguasainya! Kecenderungan berdosa atau berbuat kesalahan selalu tinggal dalam diri kita paling tidak bakterinya. Dan tak seorang pun berhasil menghindari berbuat dosa-dosa ringan, kecuali karena rahmat khusus seperti dialami oleh Bunda Maria.
Namun demikian “melihat atau menyadari kesalahan, sangat perlu bagi kita agar kita selalu sadar, siapakah aku dan untuk memelihara kerendahan hati. Sungguh bagaimana kita bisa percaya pada kekuatan diri sendiri atau menganggap diri ini penting bila kita dikuasai oleh godaan pertama yaitu tidak mampu melihat jalan yang baik di tengah kelemahan kita? “Kejahatan itu ada dalam diri kita masing-masing; hanya kita perlu tahu bagaimana ‘memanfaatkannya’ untuk kemajuan diri kita!” kata St Johanes Krisostomos. Ketidaksempurnaan itu memiliki banyak jendela dimana sinar terang menerobos ke dalam jiwa kita untuk menunjukkan jalan keluar dari aneka penderitaan kita.
Yang terus-menerus perlu kita sadari ialah Allah hadir dan dengan sabar ingin menuntun kita. Jalan yang dipakaiNya adalah kerendahan hati; dan kekuatan rahmatNya akan dicurahkan kepada ktia. Allah pasti mencurahkan bantuanNya sesuai dengan porsi kerendahan hati kita.
Jangan Putus Asa
Point terpenting untuk mencapai kekudusan adalah ‘jangan putus atas dan teruslah berharap’. Kita akan selamat oleh harapan! “Harapan itu seperti rantai yang kuat terjulur dari surga dan mengikat jiwa kita. Jika kita memegangnya, kita akan terangkat ke tempat tinggi; tetapi seringkali jiwa menempuh jalan lain, yaitu kesedihan dan rapatan sambil membuang rantai surgawi itu. Apa yang terjadi? Jatuh ke dalam dosa dan dikuasai oleh kejahatan. Setan, musuh jiwa tahu situasi itu. Dia mengganti harapan dengan keputusasaan, keluh kesah dan beban berat. Harapan dalam jiwa tidak memimpinnya lagi!” kata St Yohanes Krisostomos.
Agar harapan tetap bernyala dalam hati kita, kita harus melakukan seperti yang dilakukan oleh seorang petani. Ia terus waspada dengan benih rumput liar yang sedang tumbuh di ladangnya. Ia menyianginya dengan sekuat tenaga sampai mencabut akar-akarnya.
Demikian juga dengan jalan kekudusan! Daripada berputar-putar dengan diri sendiri, dengan kelemahannya atau bahkan berputar-putar dalam doa kepada Allah, lebih baik kita terus menapaki jalan kesempurnaan, yaitu
Dalam disposisi seperti itu dan dengan bantuan rahmat Allah kekudusan kita pasti bertumbuh.
Buchet Rohani
“Kelemahan bukan kejahatan jika kita menjaga iman dan terus koreksi diri secara berkala!” kata St. Fransiskus de Sales.
Yohanes Haryoto SCJ