30 Langkah Menuju Kekudusan (37):

Reparatio

(Sumber: F. Maucourant, A POCKET RETREAT FOR CATHOLICS, Sophia Institute Press, Manchester, New Hampshire, 2000)

Doa

“Bapa yang mahamulia. aku bersimpuh di hadapanMu,
Kasih hatiMu senantiasa menggenapi kekuranganku.
Setetes Darah kudusMu cukup untuk membebaskan aku dari kuasa jahat;
Bersihkanlah aku dari noda dosa yang masih ada dalam diriku,
karena pikiran, perkataan dan perbuatanku.
Sempurnakanlah aku ya Bapa seperti Engkau adalah sempurna!” Amin.

Reparation | Foto: Pinterest

Pengajaran

Pengantar

Reparatio atau reparasi artinya perbaikan. Reparasi mobil artinya perbaikan mobil. Reparasi dunia berarti memperbaiki hidup umat manusia di dunia. Secara esensial perbaikan dunia yang rusak oleh dosa telah dilakukan oleh Allah dalam Yesus Kristus melalui hidup, sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya. Namun perbaikan itu belum selesai secara sempurna karena kedosaan pribadi maupun sosial masih saja ada di dunia ini. Semua orang kristiani memiliki kewajiban untuk ambil bagian dalam reparatio itu karena hidup kita adalah “imitasi atau meneruskan hidup Yesus yang meraja di hati kita sebagai anggota Tubuh Mistik-Nya!”

Bagaimana Melaksanakannya?

Peristiwa inkarnasi adalah sebuah karya reparatio, dimana Kristus menjadi penebus kita dan Ia masih terus bertakhta di altar. Sangatlah perlu kita ‘mengorbankan diri’ dengan membaktikan diri kepada kemuliaan Allah Bapa dan demi keselamatan dunia.

Artinya kita perlu hadir secara badan dan jiwa di hadapan Sang Penyelamat sebagai “korban hidup” yang ambil bagian dalam Kristus untuk menyempurnakan atau meneruskan penderitaan-Nya demi keselamatan dunia. Reparatio yang kita lakukan juga membuahkan kekudusan jiwa kita. Secara prinsip kita mempersembahkan diri dan secara liturgi, kita berdoa dan sesering mungkin berdoa Adorasi.
Allah menghendaki “sebuah korban yang hidup, kudus dan yang berkenan di hati-Nya!”

“Demi kemurahan Allah, aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati!” (Rom 12:1).

Sebagai ciptaan-Nya dan juga pendosa, persembahan kita sangat terbatas. “Tak seorangpun bisa memperbaiki dunia ini kecuali Allah yang Kudus! Dialah satu-satunya Penebus” (Bossuet). Oleh karena itu, persembahan diri kita “bisa menjadi bagian dari perbaikan dunia” kalau kita menggabungkan diri (nemplok) pada Yesus sebagai Imam Besar, “Imam Besar yang demikianlah yang kita perlukan: yaitu yang saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang terpisah dari orang-orang berdosa dan lebih tinggi daripada tingkat-tingkat sorga, – yang tidak seperti imam-imam besar lain, yang setiap hari harus mempersembahkan korban untuk dosanya sendiri” (Ibr 7:26-27).

Tuhan Kita berkata kepada St Margareta Maria, “Akulah penjagamu. Aku akan senantiasa di pihakmu!” Ia telah menjual diri-Nya sendiri untuk menebus kita. Sejak kanak-kanak, Ia telah bermahkotakan duri. Di masa mudanya di Nazaret, Ia sudah belajar memanggul salib. Dalam pengajaran-Nya, perumpamaan-perumpamaan-Nya, dan seluruh hidup-Nya, tersimpan di hati-Nya cinta untuk menyelamatkan dunia.

Ekaristi dan Korban Misa adalah karya keselamatan dan perbaikan dunia yang terus menerus. Demikian juga dalam darah para martir dan para kudus dan ribuan orang yang rela menderita adalah penggenapan derita Tuhan kita untuk memperbaiki dunia. Maka bersukacitalah bila kita bisa berkorban untuk perbaikan dunia seperti St Paulus ini: “Sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu, dan menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuh-Nya, yaitu jemaat” (Kol 1:24).

Suatu saat ada sebuah keluarga besar yang salah satu anaknya menderita kleptomani, yaitu kecenderungan untuk mencuri. Segala sesuatu yang dilihat, menarik untuk dicuri; dan sering pula anak itu mempertontonkan alat vitalnya di muka umum. Tindakan ini sangat mencemarkan nama baik keluarga.

Sang ayah mengutus salah satu karyawannya untuk memperbaiki nama baik keluarga dengan tindakan reparatio. Seperti itulah yang dilakukan oleh Allah Bapa kita di surga! Kita adalah anak angkat-Nya yang telah mempermalukan Bapa yang Kudus. Yesus Anak tunggal-Nya, Anak Hati Kudus-Nya telah mengambil rupa seorang hamba demi keselamatan kita.

Ini tindakan konyol untuk manusia biasa. “Allah telah merangkul para pendosa dalam AnakNya yang tanpa noda dosa!” (Bossuet). Dia rela menjadi makanan jiwa dan sekaligus mempersembahkan kita kepada Bapa. Ia adalah Imam, altar dan korban!

Hidup kita adalah persembahan hidup yang bisa menjadi bagian dalam perbaikan dunia (1) Bila kita mengasihi Allah dan sesama secara tulus dan murni. Inilah persemabahn hidup kita. (2) Bila kita memiliki kebulatan tekad, satu hati, kehendak dan kekuatan untuk karya keselamatan ini, (3) Bila kita mampu menunjukkan bahwa pengabdian kita terhadap kehendak dan rencana Allah adalah tulus dan murni.

Bucket Rohani

“Hati Yesus senantiasa menyempurnakan kekuranganku!”

Yohanes Haryoto SCJ

Baca juga: Tahta Suci: Kebebasan Beragama Dilanggar di Sepertiga Dunia

One thought on “30 Langkah Menuju Kekudusan (37):

Leave a Reply

Your email address will not be published.