Bicara soal Romo Constantius Kristianto SCJ, ingatan kita langsung tertuju ke orang muda. Secinta itu dia kepada kaum muda. Hampir seluruh usia tahbisannya, ia abdikan bagi kaum muda baik sebagai formator, staff pengajar, maupun pendamping orang muda Katolik. bahkan dia bersama beberapa imam lainnya membentuk Youth Dehonian Community, yang adalah komunitas muda yang berspiritualitaskan Dehonian.
Kristianto, begitu ia akrab disapa adalah sosok yang cerdas di mata teman-temannya. Maka tak heran setelah menyelesaikan pendidikan filsafat dan teologi, ia diutus oleh Kongregasi Imam-imam Hati Kudus Yesus (SCJ) untuk melanjutkan pendidikan mendalami karya pastoral dan katekese di Lumen Vitae Institute di Belgia.
Sulung dari enam bersaudara ini menerima tahbisan diakon di Belgia. Pada 29 November 1995, Kristianto menerima tahbisan imam dari Mgr. Andreas Henrisoesanta SCJ di Teluk Betung, Lampung. Setelahnya, dia bertugas sebagai pastor rekan di Paroki Kabar Gembira Kotabumi, Lampung Utara.
Perjalanan pelayanan imamat Romo Kristianto dimulai. Januari 1998, dia ditugaskan sebagai staff formator di Skolastikat SCJ Yogyakarta. Perhatiannya pada bidang pastoral menginspirasi para frater untuk aktif di paroki-paroki di sekitar Yogyakarta. Selain itu, talenta bermusiknya juga membuat humaniora di skolastikat berkembang. Para frater dan bruder gemar bercampur sari dan menyanyi.
Selain sebagai formator, Romo Kristianto juga terlibat dalam Komisi Karya Keadilan dan Perdamaian sejak 1997. Selepas tugasnya sebagai formator, ia pindah ke Paroki Hati Kudus Yesus untuk menjadi pendamping topper dan penpas. Dia sempat menjadi superior wilayah SCJ Palembang dan tinggal di Rumah Damai Dehon Palembang.
Waktu menjadi Superior SCJ Wilayah Palembang, Romo Kristianto menjabat ketua Ketua Komisi Kateketik, Liturgi, dan Kitab Suci Keuskupan Agung Palembang. Ia juga andil dalam pembinaan kaum muda, dengan terlibat dalam tim kaderisasi Rumah Retret Giri Nugraha Palembang dan membina Youth Dehonian Community. Dia yang piawai bermusik ini menciptakan banyak lagu untuk animasi orang muda, di antaranya Salam Jumpa dan gubahan OMK Remix.
Putera dari pasangan Yohanes Bosko Jemingun Supriyadi dengan Maria Partiyem ini pernah menjadi misionaris di India. Di sana, ia berkarya sebagai formator, bahkan sempat menjadi anggota SCJ Distrik India. Namun sayang, karena situasi yang kurang kondusif di India, maka ia pulang ke Indonesia.
Di Indonesia, Romo Kristianto mulai berkarya di dunia pendidikan, tepatnya di Yayasan Musi Palembang. Ia menjadi tenaga pengajar dan pernah menjadi Kepala Campus Ministry untuk pelayanan pastoral, kerohanian dan pembinaan seluruh civitas akademika dan tenaga kerja Yayasan Musi Palembang. Imam yang lahir di Metro, Lampung, 11 Maret 1965 ini juga berpartisipasi dalam Komisi Pendidikan umum di SCJ Provinsi Indonesia.
Beberapa tahun sebelum Romo Kristianto menutup usia, beberapa kali ia terserang stroke, yang menggerus memory otaknya. Ternyata lambat laun, kondisi fisiknya juga melemah. Pada Februari 2023, ia menjalani recovery dan cuti dari tugas di kampus.
Setelah menjalani pengobatan dan recovery, Romo Kristianto yang adalah kakak dari Romo Thomas Eddy Susanto SCJ ini tinggal di Biara Gembala Baik, Gisting, Lampung. Lantas dia menjalani pengobatan di Palembang dan tinggal di Komunitas Provinsialat SCJ.
Pada bulan Juni 2024, Romo Kristianto berobat ke Jakarta. Hasilnya bagus. Ia mulai aktif dalam komunitas, berpartisipasi dalam doa harian dan mengurus makannya sendiri. Bahkan, ia sempat bertanya, “Kapan saya periksa lagi ke Jakarta?”
Memang rencananya pada 1 Juli 2024, Romo Kristianto akan pergi ke Jakarta untuk checkup. Tetapi Tuhan berkehendak lain. Pada 28 Juni lalu, ia tidak muncul dalam doa ibadat sore. Lalu Frater Kletus mencarinya dan mengajaknya makan malam. Romo Kristianto ditemukan dalam kondisi terbaring. Dokter menyatakan, ia telah meninggal dunia pada pukul 19.14 WIB.
Selamat jalan Romo Constantius Kristianto SCJ. Cintamu pada kami orang muda, akan selalu hidup. Salam hormat dan doa kami untuk kebahagiaanmu. Juga doakan kami, hingga kita bertemu kembali.
**Sekretariat SCJ Indonesia (Editor: Kristiana Rinawati)