Misa Inkulturasi Budaya Batak Cerminkan Keindahan Gereja Universal 

Minggu, (10/11) pukul 09.00 WIB, umat Katolik Jambi mengikuti Misa Inkulturasi Budaya Batak yang dipimpin oleh Romo Frelly Pasaribu Pr., dan Romo F.X. Tri Priyo Widarto SCJ. Dalam sapaan pembuka, Romo Frelly mengajak seluruh umat untuk hidup saling mengasihi, berbagi dengan ketulusan, dan memberikan persembahan terbaik seperti teladan janda miskin, yang menjadi simbol ketulusan hati dalam memberikan segala yang dimiliki kepada Tuhan.

Pengertian dan Manfaat Misa Inkulturasi
Misa inkulturasi adalah perayaan liturgi yang mengintegrasikan unsur-unsur budaya lokal ke dalam ibadat Katolik tanpa menghilangkan inti iman dan kesakralan liturgi. Dalam konteks budaya Batak, misa ini memadukan nilai-nilai iman Katolik dengan tradisi khas Batak, seperti tarian adat, musik tradisional, dan pakaian daerah.

Manfaat misa inkulturasi sangat beragam. Pertama, misa ini memperkuat identitas budaya umat Katolik setempat, sehingga mereka dapat merasakan bahwa iman mereka dekat dan relevan dengan kehidupan sehari-hari. Kedua, inkulturasi menjadi sarana evangelisasi yang efektif, karena mampu menjembatani nilai-nilai budaya lokal dengan pesan-pesan Injil. Ketiga, misa inkulturasi menciptakan rasa kebersamaan dan kebanggaan terhadap kekayaan budaya Nusantara, mempererat hubungan antara iman dan tradisi lokal yang diwariskan turun-temurun.

Tarian perarakan pembuka dengan pakaian adat Batak Karo | Foto:Komsosdok St.Teresia Jambi

Bacaan Injil oleh Romo F.X. Tri Priyo Widarto, SCJ | Foto:Komsosdok St.Teresia Jambi

Pesan dalam Homili
Dalam homilinya, Romo Frelly menekankan pentingnya rasa syukur atas segala rahmat yang diberikan Allah. Ia juga mengajak umat untuk senantiasa membuka hati dan tangan, agar tidak terjebak dalam sikap acuh tak acuh terhadap situasi sekitar dan tetap peka terhadap rintihan serta kebutuhan sesama.

Romo Frelly Pasaribu, Pr. sedang menyampaikan Homili | Foto:Komsosdok St.Teresia Jambi

“Allah tidak mengajarkan kita untuk hidup miskin dan melarat. Sebaliknya, Allah menginginkan kita hidup makmur, sejahtera, dan penuh kebahagiaan di dunia ini,” tegasnya, mengingatkan umat bahwa hidup berkelimpahan tidak hanya soal materi, tetapi juga mencakup kedamaian hati dan semangat berbagi.

Nuansa Budaya Batak yang Memukau
Perayaan Ekaristi ini semakin semarak dengan nuansa budaya Batak Karo yang ditampilkan melalui tarian adat,khususnya pada prosesi pembuka dan persembahan. Kehadiran tarian adat ini tidak hanya menambah keindahan liturgi, tetapi juga mempertegas kekayaan budaya Nusantara yang selaras dengan nilai-nilai iman Katolik.

Para pembawa persembahan | Foto:Komsosdok St.Teresia Jambi

Penutup Acara
Setelah perayaan Misa, acara dilanjutkan dengan sesi foto bersama dan ramah-tamah di Aula Gedung Paroki St. Theresia, Jambi. Umat, imam, serta para biarawan dan biarawati yang hadir menyambut momen ini dengan penuh sukacita, menutup rangkaian perayaan dengan kebersamaan yang hangat.

Sambutan dari Ketua DPP Bpk. Yustinus Vena | Foto:Komsosdok St.Teresia Jambi
Foto bersama para penari dan pembawa persembahan | | Foto:Komsosdok St.Teresia Jambi

Dengan melibatkan tradisi budaya lokal seperti pada Misa Inkulturasi Batak ini, umat diajak untuk semakin menyadari bahwa iman Katolik mampu menyatu dengan budaya setempat, mencerminkan keindahan universal Gereja yang kaya dan beragam.

**Alexander Rexy Giovani

Baca juga: Bacaan Liturgi Senin, 25 November 2024

Leave a Reply

Your email address will not be published.