“Sukses adalah berjalan dari kegagalan ke kegagalan tanpa kehilangan semangat,” kata Winston Churchill. Namun banyak orang mudah terpuruk ketika kegagalan menghinggapi hidup mereka. Semestinya orang selalu memiliki semangat untuk bangun dan melakukan hal-hal yang baik bagi diri dan orang lain.
Pada zaman dahulu di Kerajaan Skotlandia dipimpin raja James. Selama masa jabatannya, James telah memimpin pasukannya menuju medan perang sebanyak enam kali melawan sang agresor dari Inggris. Namun pada setiap pertempuran, pasukannya selalu kalah dan dihajar habis-habisan oleh pihak musuh. Mereka terpaksa mundur dan melarikan diri ke hutan dalam kekalahan.
Hingga pada suatu hari, James masuk ke dalam hutan. Ia menemukan sebuah gubuk tua tanpa penghuni. Ia pun memutuskan untuk bersembunyi di sana untuk sementara waktu hingga keadaan membaik. James memutuskan untuk beristirahat sejenak dan memejamkan matanya.
Hujan deras turun mengguyur hutan. Hujan yang deras membuat atap dari gubuk tua tersebut tidak dapat menahan tekanan air. Akibatnya, atap gubuk itu bocor. Air yang jatuh mengenai wajah James yang membuatnya terbangun dari tidurnya.
Ia semakin merenungi nasibnya, karena telah mengalami kekalahan berulang-ulang. Padahal ia sudah berusaha semaksimal mungkin dan mengerahkan segala sumber daya. Hatinya terasa sakit dan ia merasa putus asa.
Suatu saat, James menatap ke arah langit-langit dari gubuk yang melintang di atas kepalanya. Matanya terpaut pada seekor laba-laba yang sedang berusaha untuk membuat sarang di tengah hujan.
Dengan seksama Raja James memperhatikan cara laba-laba tersebut membuat sarangnya. Ternyata laba-laba itu terus-menerus gagal dalam mengaitkan salah satu ujung benang ke balok kayu. Namun laba-laba itu tidak kunjung putus asa. Ia terus-menerus berusaha untuk mengaitkan benangnya. Hingga pada percobaan ketujuh, laba-laba tersebut berhasil mengaitkannya.
James merasa kagum luar biasa terhadap laba-laba itu. Ia pun mengingat kembali peristiwa yang menimpa dirinya. James pun berdiri dan menghela napas panjang. Dengan lantang, dia berteriak, “Aku akan masuk ke medan perang lagi untuk ketujuh kalinya!”
Dengan susah payah, James dan para prajuritnya berjuang untuk mengambil kembali tanah air milik Skotlandia. Akhirnya ia berhasil mengusir prajurit musuh dan mendapatkan kemenangan yang ia inginkan.
Pantang Menyerah
Usaha pantang menyerah sering membantu orang keluar dari keterpurukan hidupnya. Ketika gagal atau kalah, orang tidak perlu menangisinya lama-lama. Orang mesti bangkit untuk merebut kemenangan yang tertunda. Ini yang mesti diyakini oleh setiap orang yang ingin hidupnya berguna bagi diri dan orang lain.
Manusia mesti terus-menerus berjuang meski kita makhluk yang terbatas. Tuhan telah memberi kita begitu banyak potensi untuk melakukan hal-hal yang baik bagi kehidupan kita bersama. Ada begitu banyak tantangan yang mesti kita hadapi, namun berkat rahmat Tuhan, kita akan melintasi tantangan-tantangan itu.
Kisah di atas memberi kita inspirasi untuk tidak terpuruk dalam kegagalan. Raja James belajar dari laba-laba yang berhasil membuat sarangnya. Meski berkali-kali, karena gagal, laba-laba itu tidak menyerah. Dia memulai lagi dan lagi hingga berhasil. Raja James pun berjuang lagi dan memenangkan peperangan.
Sebenarnya setiap hari kita melakukan banyak peperangan. Kita berperang dengan diri kita sendiri. Kita berperang dengan keadaan hidup kita. Kita berperang dengan orang lain untuk merebut hidup yang lebih baik. Kadang-kadang atau sering kita gagal. Godaan besar bagi kita adalah kita tidak mau bangkit lagi ketika kita kalah. Kita terpuruk dalam kegagalan hidup. Kita merasa bahwa hidup kita sudah habis.
Orang beriman senantiasa bangun kembali ketika kegagalan menimpa dirinya. Orang beriman tidak putus asa di saat hidup tampak sia-sia. Orang beriman bangun untuk melakukan hal-hal yang berbaik bagi diri dan orang lain. Selalu semangat. Salam sehat. Tuhan memberkati. **
Frans de Sales SCJ