Bertepatan pada Hari Minggu Kerahiman Ilahi (24/4) lalu, Seminari Menengah Santo Paulus Palembang merayakan Ekaristi Pembuka Yubelium ke-75 Tahun. Rencananya, rangkaian acara akan dilangsungkan selama setahun ke depan. Ekaristi yang dipimpin oleh Mgr. Aloysius Sudarso SCJ, Uskup Agung Emeritus Keuskupan Agung Palembang ini berlangsung di kapel seminari menengah sore hari, pukul 17.00 WIB. Selain Ekaristi, dilaksanakan juga pelantikan pengurus Paguyuban Alumni Seminari Santo Paulus Palembang (PASSpapa).

Per aspera ad astra artinya menuju bintang melalui jerih payah, menjadi tema yang diusung dalam Yubelium ke-75 Seminari Menengah St. Paulus Palembang. Uskup Sudarso SCJ mengajak para seminaris, imam, biarawan-biarawati, dan umat yang hadir untuk merenungkan tema ini dalam semangat Paskah.
“Profisiat kepada keluarga besar seminari atas usia 75 tahun ini. Begitu banyak rahmat yang diberikan kepada kita, terutama dalam seminari ini, yang diwujudkan dalam Gereja, terutama di keuskupan kita, juga di Tanjung Karang, Pangkal Pinang, dan Padang. Kita bersyukur atas campur tangan Tuhan yang besar,” kata Mgr. Sudarso SCJ, membuka homilinya.

Paskah haruslah mendasari rasa syukur atas perayaan 75 tahun Seminari Menengah St. Paulus Palembang. Seandainya Yesus tidak bangkit, kata Mgr. Sudarso, tidak ada gunanya perayaan 75 tahun ini.
“Seandainya Yesus tidak bangkit, tidak ada gunanya menjadi biarawan, biarawati, apalagi menjadi uskup, karena itu sudah dikatakan oleh St. Paulus sendiri. Karena itu, kebangkitan Kristus menjadi sesuatu yang utama dalam kehidupan kita,” katanya.
Semangat Paskah, yang merupakan inti iman Kristen. Yesus yang bangkit dan menampakkan diri, menurut Mgr. Sudarso, adalah Yesus yang ingin dikenal. “Dia menunjukan luka-luka-Nya agar para murid yakin, bahwa Dialah yang bergaul cukup lama dengan kita selama ini. Maka Dia tampil selama 40 hari, untuk meyakinkan para murid-Nya bahwa yang bangkit adalah Yesus.”

Sama seperti para murid yang diberi mandat oleh Tuhan Yesus untuk mewartakan Dia yang bangkit, kitapun demikian. Merayakan pesta 75 tahun, berarti menjadi saksi atas Yesus yang hidup. Menjadi saksi artinya Gereja harus menggiatkan perdamaian, pengampunan, dan hidup baru.
“Seminaris, Anda sekalian di tempat ini harus menjadikan tempat ini sebagai tempat untuk berelasi dengan Yesus yang bangkit, iman yang kuat akan Yesus yang bangkit, supaya mendorong kalian untuk mewartakan itu, karena Yesus bangkit bukan hanya untuk kita, tapi untuk dunia. Maka dibutuhkan keberanian, ketekunan, murah hati, belas kasih, dan juga dibutuhkan harapan dalam hidup ini,” pesan Mgr. Sudarso.
**Kristiana Rinawati