Biarlah Kristus Tinggal dalam Diri Anda!
(Sumber: F. Maucourant, A POCKET RETREAT FOR CATHOLICS, Sophia Institute Press, Manchester, New Hampshire, 2000.)

Doa
“Bunda Maria, ajarilah aku memiliki rahmat istimewa seperti egkau.
Engkau telah diperkenankan mengandung Sang Sabda, Allah Putera dalam rahimmu.
Demikian pula kerinduanku – perkenankanlah hatiku menjadi takhta kehadiranNya.
Jangan memperhitungkan dosa dan ketidakpantasanku,
Namun pandanglah kerinduanku untuk hidup baru di dalamNya!” Amin
Pengajaran
Hidup dalam Kristus
St Paulus berkata, “Bagiku hidup adalah Kristus” (Fil 1:21). Ungkapan ini bukanlah sekedar motto atau jargon tetapi kualitas atau penghayatan hidupnya. Sebagian besar umat Gereja Perdana berusaha agar Kristus benar-benar menjadi sumber atau pusat hidup mereka.
Maka tidak heran bila dalam waktu yang relatif singkat jumlah umat waktu itu bertambah berlipat ganda – “tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan!”(Kis 2:47). St Paulus sendiri berujar, “celakalah aku bila tidak mewartakan Injil!” (1Kor 9:16). Semangat mewartakan Injil juga membakar umat gereja perdana! Ketika Kristus menguasai hidup kita, pasti semangat mewartakan Dia membakar kita semua.
Pada abad awal, pengejaran, penganiayaan dan pembunuhan melanda Gereja Perdana. Apakah mereka gentar? Tidak! Mereka menghayati penderitaan dan kematian demi imannya atau kemartirannya adalah kesempatan yang menyenangkan untuk “tidur dalam Kristus!” – dirindukan oleh semua orang. Mereka menamai para martir “Anak Domba yang terkasih!” Ini mirip dengan sebutan untuk Tuhan Yesus, “Anak Domba Allah!” Anak kecil yang meninggal dalam iman, mereka sebut “anak domba yang imut-imut!”
St Ignasius Antiokia mengatakan bahwa “bagi mereka yang ingin hidup baik secara sempurna, harus menjadikan Kristus sebagai inti atau pusat hidupnya!” Karena Kristus terus hidup dalam mereka, efek atau energi para martir tetap terasa di kalangan umat yang masih hidup.
Secara fisik mereka sudah tiada, tetapi semangat atau roh kemartirannya tetap bernyala dan membawa dampak yang sangat kuat bagi mereka yang masih hidup. Semakin sempurna hidup mereka, nama Kristus semakin bersinar baik dalam jiwa maupun dalam wajah mereka dan dalam umat yang ditinggalkannya.
Kita adalah Anggota Tubuh Mistik Yesus Kristus
Apa yang terjadi ketika sabda menjadi daging? Allah tidak hanya memberi Dia tubuh yang indah yang diasuh oleh Bunda Maria, disembah dan diagungkan oleh para malaikat, disalibkan oleh orang Yahudi, dan sekarang hidup dalam Ekaristi. Tetapi Allah juga memberi kepadaNya Tubuh Mistik yang anggotanya adalah semua jiwa yang berada dalam keadaan berahmat.
Keanggotaan Tubuh Mistik berada di dunia dan berziarah mengarungi segala zaman. Mereka adalah semua orang yang berahmat, dari bayi yang sudah dibaptis sampai orang tua-tua. Durasi keanggotaan ini berlangsung sampai mati. Mereka itu mulai dari Abel sampai orang yang lahir di akhir zaman. Semua orang yang dibaptis adalah anggota Tubuh Mistik Yesus Kristus.
St Athanasius berkata, “Kristus adalah kepala Gereja dan setiap orang ber-iman kristiani – sudah dibaptis adalah anggotaNya!” Anggota Tubuh Mistik ini terdiri dari aneka ragam suku, budaya, negara dan pluralitas lainnya, namun “walaupun banyak, kita adalah satu Tubuh” (Rom 12:5). Kristus adalah kepala, dan kita tubuhNya. Kita semua adalah anggota Kristus. Maka dari itu kita hidup dalam kesatuan – di mana Kristus Yesus menjadi inti atau pusat hidup kita dan Roh Kudus permersatunya.
Tuhan Yesus berkata, “Aku datang supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan” (Yoh 10:10). Setiap orang yang berada dalam rahmat semestinya hidup dalam kelimpahan dan memiliki semangat seperti St Paulus ini, “Bagiku, hidup adalah Kristus dan Dia hidup dalam diriKu! (bdk Gal 2:20).
Seperti Yesus hanya memiliki satu hati baik sebagai manusia maupun sebagai kepala Tubuh Mistik, demikian pula pengaruhnya untuk jiwa kita. Hati Ilahi dan InsaniNya yang adalah satu menjadi sumber hidup bagi Tuhan Yesus; demikian juga hati yang sama itu harus menjadi sumber hidup kita. Kita dicangkokkan ke dalam Pokok Anggur, maka apa yang menghidupi Yesus harus menghidupi kita pula setiap hari sampai hidup kekal, ”Akulah pokok anggur, dan kamu adalah ranting-rantingnya. Hanya tinggal dalam Aku engkau akan hidup dan menghasilkan buah berlimpah!” (bdk Yoh 15).
Karena itu, “Yesus yang manis adalah pusat dan sumber hidupku!” kata St Fransiskus de Sales. Eksistensi itu juga disampaikan oleh Penyelamat kita kepada St Mechtilda dengan jelas, “Aku memberi mataKu kepadamu supaya engkau bisa melihat segala sesuatu dari mataKu. Kuberikan telingaKu agar engkau mampu mendengar semuanya. MulutKu kuberikan kepadamu agar secara sempurna engkau bisa berbicara, berdoa dan menyanyi. Akhirnya Aku memberikan hatiKu kepadamu supaya engkau bisa mencintaiKu dalam segala sesuatu hanya untukKu saja!”
Kepada St Margareta Maria, Yesus bersabda, “Aku kenakan pakaian putih tak bernoda agar untuk selanjutnya engkau hidup untuk Allah dan sesama. Akulah kehidupanmu, sehingga engkau tidak lagi hidup bagi dirimu tetapi hidupmu hanya untuk diriKu dan di dalam Aku!”. Dalam kerendahan hati, kita mampu menyerahkan diri kepadaNya untuk dibakar oleh hidup Kristus sendiri, sehingga tekad St Paulus adalah tekad kita pula, “Bagiku, hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntugan!”
Bucket Rohani
“Bagiku, hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan!” (Fil 1:21)
Yohanes Haryoto SCJ