Rapat Koordinasi Pastor Paroki dan Pastor Rekan: Kobarkan Karunia Allah yang Ada Padamu

Membawa tema “Kobarkan Karunia Allah yang Ada Padamu”, rapat koordinasi pastor paroki dan pastor rekan Keuskupan Agung Palembang dilaksanakan di Wismalat Podomoro pada Selasa hingga Kamis (19-21/11). Rapat koordinasi ini dibuka dengan perayaan ekaristi yang dipimpin oleh Mgr. Yohanes Harun Yuwono. 

Bapa Uskup mengatakan bahwa kadang kita manusia merasa seperti Zakheus yang mencari pohon untuk melihat Yesus. 

“Mari kita tidak hanya melihat ke atas, seperti Zakheus yang mencari pohon mana yang bisa dipanjat, tapi juga melihat ke bawah untuk refleksi dan mengoreksi diri sehingga penglihatan kita menjadi jernih,” kata Bapa Uskup.  

Uskup Harun meyakini bahwa kita sebagai umat Kristiani adalah orang-orang yang terpesona pada Kristus. Dengan mempertajam telinga kita, sabda Allah tidak akan terlewatkan. Seperti Zakheus, ia terpesona pada Yesus dan berusaha untuk melihat Yesus dari dekat.

Kita sebagai manusia mengikuti Kristus bukan untuk keselamatan pribadi. Kita ingin bahwa gereja ini tumbuh berkembang. Kita tidak ingin ‘kawanan kecil’ ini hilang. 

“Mari pelihara umat yang dipercayakan pada kita. Ini umat kita sendiri, siapa lagi yang akan mengembangkan kalau bukan kita. Semoga kita ikut mempesona siapapun yang berjalan bersama kita,” harap Bapa Uskup. 

RD Ary dalam Rapat Koordinasi Pastor Paroki dan Pastor Rekan Keuskupan Agung Palembang di Wismalat Podomoro Selasa – Kamis (19-21/11) | Foto: Komsos KAPal

Manajemen Pastoral dan Peran Kristus dalam Perutusan Gereja

Sesi pertama rapat koordinasi diawali dengan penyampaian materi oleh RD Alexius Dwi Aryanto, Pr mengenai manajemen pastoral. Romo Ary adalah rektor Seminari Tinggi St. Paulus Kentungan, Yogyakarta.

Di sesi ini, Romo Ary mengingatkan bahwa paroki adalah persekutuan umat beriman dan juga merupakan badan hukum. Prinsip umum reksa pastoral bertitik tolak dari realitas umat dan masyrakat yang didukung data-data dari aspek demografi, kultur, ekonomi, geografi dan sosial kemasyarakatan. Reksa pastoral juga mengacu pada kebijakan yang berlaku seperti Arah Dasar Keuskupan Agung Palembang. Selain itu, reksa pastoral juga mesti terbuka pada dinamika Gereja regional, Nasional (KWI), dan Gereja Universal. 

Terkait dengan mekanisme reksa pastoral paroki, Romo Ary mengatakan bahwa suasana dan pola pelayanan juga penting. Suasana pelayanan harus disadari sebagai tanggung jawab bersama yang dilaksanakan dalam kerja sama antara imam (pemimpin paroki) dan awam. Maka pola pelayanan yang tepat bisa menggunakan model tim.

Setelah mengetahui suasana dan pola pelayanan, hal berikutnya yang bisa dilakukan adalah menentukan strategi reksa pastoral paroki. 

“Ini bisa dilakukan melalui peningkatan SDM dengan militansinya; merevitalisasi dan meningkatkan kerja sama antar komisi dan lembaga karya; memekarkan wilayah paroki; mengembangkan pastoral berbasis data; pemanfaatan IT untuk mengembangkan iman; dan juga menerapkan pola kepemimpinan yang partisipatif dan transformatif,” papar Romo Ary. 

Bidang-bidang reksa pastoral yang bisa dikembangkan di antaranya Liturgia (pelayanan sakramen), Kerygma (pembinaan iman), Coinonia (pengembangan kelompok), dan Diakonia (Pelayanan Kemasyarakatan). 

Melalui bidang-bidang ini, para pastor paroki dapat menyusun program melalui prinsip-prinsip yang dapat membuat program menjadi lebih efektif. 

“Penting bagi para imam untuk tidak hanya sekedar memiliki rumusan yang bagus, tapi harus terwujud dalam program pelayanan paroki. Penjabarannya harus menjadi kegiatan-kegiatan di paroki,” katanya. 

Program yang efektif dapat disusun dengan menerapkan 3R (Resiliency/Kemandirian, Respects/Keberjejaringan, dan Rights/Pemenuhan hak dasar). Selain itu, program yang terencana juga harus berorientasi pada hasil/perubahan, berorientasi ke masyarakat, dan berbasis data. 

Rapat Koordinasi Pastor Paroki dan Pastor Rekan Keuskupan Agung Palembang di Wismalat Podomoro Selasa – Kamis (19-21/11) | Foto: Komsos KAPal

“Konteks kehidupan masyarakat yang berubah dari waktu ke waktu mesti kita sesuaikan. Masing-masing paroki potensinya berbeda. Jangan sampai punya cita-cita yang besar tapi tidak mampu menyelesaikannya,” pesan Romo Ary. 

Di akhir sesi, Romo Ary menegaskan kembali bahwa peran pastor paroki dan para pelayan pastoral lain dalam kehidupan jemaat paroki sangat penting. Meski demikian, peran sentral Kristus harus selalu utama dalam perutusan Gereja. 

“Kehadiran Kristus membuat paroki menjadi garam dan terang dunia serta sakramen keselamatan bagi seluruh ciptaan. Kristus secara luhur hadir dalam sakramen mahakudus. Kristus juga hadir melalui kotbah dan bimbingan kaum beriman melalui program-program reksa pastoral seluruh Ardas keuskupan.” 

** Maria Sylvista

Baca juga: Ardas KAPal: Arahan Uskup Sambut Tahun Yubileum 2025

Leave a Reply

Your email address will not be published.