SURAT GEMBALA PASKAH 2022
No. 141/Dio.KAPal/III/2022
KRISTUS MENEBUS SEMUA CIPTAAN
(Bdk. Rom 8: 22)
Saudara-saudari terkasih, Umat Allah yang terberkati. Selama empat puluh hari, melalui pantang, puasa dan doa, kita merenungkan karya penebusan Allah bagi manusia dan alam ciptaan Allah yang dilaksanakan oleh Yesus Kristus, Putera-Nya. Kita memulai masa pra-Paskah ditandai dengan abu/debu atau tanah. Kitab Kejadian menegaskan bahwa manusia diciptakan dari tanah dan akan kembali ke tanah (Kej 3: 19). Meskipun Allah menghembuskan nafas-Nya sendiri ke dalam diri manusia, sehingga manusia itu hidup, namun ada unsur lahiriah, yaitu debu dan tanah, dalam diri manusia (Kej 2: 7). Itulah tanda kerapuhan kemanusiaan kita. Syukurlah ada Kristus yang rela mati demi keselamatan manusia. Karena kerahiman Allah, Kristus telah menebus kita dan mengangkat kita yang rapuh menjadi bermartabat mulia anak-anak Allah (bdk. Ef 1: 4-6).
Mari Menyelamatkan Bumi
Tema pra-Paskah kita adalah “Keutuhan ciptaan dan kelestarian lingkungan hidup”. Sejak semula Allah menghendaki keharmonisan seluruh ciptaan, “Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu dan amat baik lah adanya” (Kej 1: 31). Setiap selesai menciptakan sesuatu, “Allah melihat … dan baik lah adanya”. Saya mengerti “Allah melihat” berarti Allah mengoreksi, menambahi, mengurangi, memperbaiki, membentuk lagi, … sedemikian sehingga hasil akhirnya “baik adanya” dan bahkan “amat baik adanya” Kej 1: 4, 10, 12, 18, 31). Allah tidak berlaku sembarangan dalam menciptakan segala sesuatu. Maka Kristus pun datang ke dunia bukan hanya menebus manusia melainkan menebus seluruh alam ciptaan lain sebab semua sama-sama merasa sakit bersalin (bdk. Rom 8: 18- 23).
Dalam merayakan Paskah tahun 2022 ini, saya ingin mengajak Umat Allah sekalian bersama keluarga Anda masing-masing untuk bersama Kristus kita bangkit menyelamatkan bumi. Bumi adalah “ibu pertiwi dan rumah kita bersama”1 . Menyelamatkan bumi bukan hanya berarti menyelamatkan diri kita sendiri melainkan juga menyelamatkan kehidupan umat manusia, kita dan anak cucu kita.
Alam adalah Guru Kehidupan
Kitab Suci berbicara banyak mengenai bumi, tanah, pohon, tumbuh-tumbuhan, biji-bijian, buah-buahan, rerumputan, air, udara, dan apa saja yang dilahirkan oleh bumi. Sepanjang Kitab Suci kita, dari Kitab Kejadian (Kej 2: 9) sampai Kitab Wahyu (Why 22: 2), tersebar cerita tentang pohon, baik yang kecil seperti tumbuhan sesawi (Mat 13: 32) maupun yang besar seperti kayu aras Libanon (Maz 92: 12) atau pohon sanobar, berangan, cemara dan murad (Yes 55: 13; 60:13). Pohon dan tumbuhan itu bukan hanya menghasilkan buah dan makanan (Kej 1: 29; Hak 6: 11; Rut 2: 23; 2 Sam 4: 6) tetapi juga sebagai obat yang sangat berguna bagi bangsa manusia (Yez 47: 12; Why 22: 2).
Pribahasa kita yang mengajarkan sikap hidup bijaksana, rendah hati dan tidak sombong juga menggunakan tetumbuhan sebagai umpama, “Padi semakin tua dan berisi semakin merunduk”. Mencintai pohon dan tumbuhan akan menjadikan kita faham tentang arti kebaikan maupun keburukan (bdk. Kej. 2: 9,16,17). Jika kita berlaku bijaksana, generasi kemudian juga akan merasakan manfaatnya, sebab buah tidak akan jatuh jauh dari pohonnya. Pohon yang baik akan menghasilkan buah yang baik (Luk: 43-45).
Yesus sering mengajar menggunakan perumpamaan tetumbuhan agar mudah dimengerti maksudnya (Mat 13: 31-32 par., Mat 13: 24-30; Yoh 15: 1-15; dll). Manusia yang rapuh yang diumpamakan sebagai “buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan” tetap dicintai oleh Allah sebab Allah Maharahim (Yes 42: 3; Mat 12: 20). Bahkan Yesus sendiri mengumpamakan pemberian diri-Nya bagi manusia seperti biji gandum yang harus jatuh ke tanah untuk mati supaya menghasilkan buah (Yoh 12: 24). Dia juga adalah pokok anggur, sumber hidup kita. Terpisah dari Dia kita tidak akan bisa berbuat apa-apa (Yoh 15: 5).
Mari Memiliki Sikap Mental yang Baru
Barangkali sikap mental manusia kepada alam harus berubah untuk menumbuhkan gerak bersama penyelamatan bumi dan lingkungan hidup. Perubahan sikap mental berikut semogalah dapat memberikan kesadaran kepada kita akan pentingnya menjaga kelestarian alam. 2
- Menghormati alam sebagai “ibu”. Alam adalah ibu. Ibu adalah pribadi yang melahirkan dan yang memberi kehidupan. Dari dalam rahimnya ibu bumi melahirkan begitu banyak kekayaan alam yang dapat dimanfaatkan demi kebutuhan manusia dan demi keberlangsungan hidup manusia. Ibu bumi ini telah melahirkan udara, makanan dan obat-obatan yang cukup untuk semua manusia. Terhadap “ibu kita ini” banyak manusia menjadi “anak durhaka” dengan memberikan penyakit melalui pembalakan hutan dan penambangan liar, menjejalinya dengan sampah yang tak bisa diurai, dengan pupuk kimia yang membuat tanah tidak bisa bernafas dan menjadi mati sehingga tidak bisa menumbuhkan apa-apa lagi. Janganlah kita termasuk segelintir orang yang ikut merusak bumi, menguasai kekayaannya dan memanfaatkannya untuk kerakusan pribadi.
- Menghormati alam sebagai “saudara/saudari yang lebih tua”. Dalam kisah penciptaan, manusia diciptakan sebagai mahluk yang “paling bungsu” (Kej 1: 1-31). Logisnya manusia harus menghormati saudara/saudari tuanya. St. Fransiskus dari Asisi dapat dijadikan teladan dalam sikap ini: dia menyebut dan memperlakukan semua ciptaan lain sebagai saudara atau saudari. Sebagai saudara atau saudari yang lebih tua dari manusia, mereka pastilah telah turut berjasa menolong ibu kita mengasuh kita. Manusia adalah “adik bungsu yang durhaka” jika berbuat jahat terhadap saudara atau saudarinya yang lebih tua darinya itu.
- Menghormati alam sebagai “sahabat”. Alam sebagai sesama ciptaan juga dapat diperlakukan sebagai sahabat. Mereka bermartabat setara dengan manusia. Mereka bukan lagi hamba atau budak pemenuh nafsu dan keserakahan manusia. Sahabat kita telah sangat berjasa terhadap kita dengan menyediakan dan memberikan segala yang dibutuhkan untuk hidup kita. Manusia sebagai “sahabat” alam, sangat mulia jika bukan merusak melainkan berlaku seperti Kristus yang mencintai dengan cinta yang sangat besar sampai rela memberikan nyawa-Nya sendiri bagi sahabat-sahabat-Nya (bdk. Yoh 15: 13).
- Menghormati alam sebagai “sabda ekologis Allah”. Alam adalah juga ungkapan wahyu Diri Allah. Allah adalah Sang Pencipta alam dan isinya. Dialah yang awal dan yang akhir, asal dan tujuan seluruh mahluk (ciptaan). Bersama dengan manusia yang disebut sebagai “gambar diri Allah”, karya ciptaan lain seharusnya dipahami sebagai “tubuh Allah” sendiri. Tubuh itu patut memperoleh penghormatan yang bermartabat sepadan dengan penghormatan terhadap martabat manusia. Manusia yang beriman kepada Tuhan patut menghormati alam yang juga merupakan buah karya Allah. Pantaslah jika kita membangun relasi dengan baik bukan hanya dengan Penciptanya, melainkan juga dengan ciptaan-Nya. Ketika kita merusak alam, kita menorehkan luka pada “tubuh Allah”. Mari kita mengingat pesan St. Paulus yang mengatakan bahwa bukan hanya manusia saja yang menantikan penebusan melainkan seluruh alam yang sekarang bahkan sedang mengeluh, sama-sama merasa sakit bersalin (Rom 8: 18-23).
Penutup
Bersama semua orang dan semua pihak yang berkehendak baik, marilah bangkit merawat bumi – ibu pertiwi kita dengan semua yang dikandungnya. Kita dapat melakukannya dengan menanam pohon, memupuk tanaman dengan pupuk organik, membuang sampah terutama sampah kimia dan plastik pada tempatnya, mendaur ulang sampah menjadi pupuk, mencegah pencemaran air (sungai, danau dan laut), mengurangi pencemaran udara dari polusi dan suara, menghemat pemakaian energi dan sumber saya alam, dan lain-lain.
Semoga ibu pertiwi menjadi “elok (berhias) bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya” (Why 21: 2). Semoga di sini pun, di zaman kita, ada bumi dan langit yang baru yang terbebas dari air mata, perkabungan, ratap tangis, duka cita dan maut (bdk. Why 21: 1 – 4). Marilah bangkit memperbaiki yang telah rusak ini menjadi seperti ketika diciptakan oleh Allah, yakni “sungguh amat baik adanya” (Kej 1: 31).
SELAMAT PASKAH 2022
Ctt. Disampaikan kepada umat pada Malam Paskah dan atau Hari Raya Paskah 2022
1 Laudato Si, no. 5.
2 Lihat juga Anselo Mones. https://www.academia.edu/35481873/ membangun spiritualitas ekologis dan religiusitas kosmik.
I like looking through a post that can make men and women think. Also, thanks for allowing me to comment!