Langkah Menuju Kesucian (35)

Mengubah Kelemahan Menjadi Kedekatan

(Sumber: F. Maucourant, A POCKET RETREAT FOR CATHOLICS, Sophia Institute Press, Manchester, New Hampshire, 2000.)

Doa

“Tuhan Yesus, curahilah aku kebaikanMu di saat aku lemah.
Engkaulah pembimbingku yang setia dalam peziarahan ini.
Kuatkanlah langkah hidupku,
supaya dengan sukacita, aku masuk dalam kemuliaan hadiratMu!” Amin.

Dekat dengan Yesus | Foto: Pinterest

Pengajaran

Pengantar

Semua manusia memiliki kelemahan. Tak seorangpun bisa bebas dari kelemahan. Kelemahan diri adalah realita. Bila dibiarkan, kelemahan itu menjadi kuda liar yang menghancurkan diri. Maka kelemahan harus dikeloloa supaya menjadi “kuda jinak” yang menghantar jiwa kepada kekudusan. Langkah-langkah apa yang perlu kita lakukan supaya kelemahan menjadi “kuda jinak” atau jendela untuk masuknya terang Ilahi ke dalam jiwa dan menuntunnya menuju kekudusan?

Dosa Membuka Peluang Tercurahnya Rahmat

Ketika seorang anak kecil jatuh, ia segera menangis, kemudian mencari serta memanggil ibunya. Dia akan berjalan sendiri menuju ibunya. Ibu yang baik pasti akan menghiburnya atau bahkan mendekap dan menggendongnya. Walau anak itu kakinya masih terluka, tetapi dia merasa aman dalam dekapan ibunya.

Peristiwa jatuh itu, membuka kesadarannya bahwa ia lemah, tidak boleh jauh-jauh dari ibunya. Dia juga sadar bahwa ibunya sangat menyayanginya. Pelajaran apa yang kita ambil dari peristiwa itu? Pertama-tama, jangan sekali-kali meninggalkan ibu. Kedua, pengalaman jatuh dan reaksi ibunya yang penuh kasih akan tertanam dalam dirinya.

Sadar bahwa dirinya lemah – selalu membutuhkan ibu dan sekaligus ia mempunyai pengalaman betapa besar kasih ibu kepadanya. Demikian juga tentang dosa. Kita mesti sadar diri bahwa jauh dari Allah, kita akan mudah jatuh ke dalam dosa. Namun pengalaman berdosa juga membuka hati kita akan kasih Allah yang tiada batas.

Hati Yesus adalah Rumah Sakit

Jatuh ke dalam dosa bisa membuat seseorang putus asa. Merasa gagal. Tidak bersemangat lagi. Merasa semua mata yang memandangnya dirasa sebagai sikap mencibir dan merendahkan dirinya. Mengalami seperti itu, tak jarang ada yang putus asa. Merasa gagal dan tak mampu! Tetapi St Getrudis mempunyai pengalaman tersendiri.

Ketika dia jatuh ke dalam dosa, dia menyadari bahwa Tuhan sedang memanggilnya untuk melemparkan dirinya ke dalam “dekapan hangat sahabat karibnya, dan ia sungguh mendekam dalam kelembutan Hati Kudus Yesus!”.

Dia menyebut “Hati Kudus Yesus itu adalah sebuah rumah sakit untuk semua orang yang menderita karena dosa”. Setiap kejatuhan kita, ada jalan terbuka menuju kekudusan; dalam kelemahan Allah menjadi sangat nyata bahwa Ia membantu kita.

St Fransiskus de Sales mengajarkan: “Ketika kalian jatuh, atau menemui masalah dan kesulitan-kesulitan yang baru, terimalah itu menjadi saat yang sangat baik bagi kalian untuk semakin yakin secara total kepada penuntunmu dan saat yang tepat untuk berteriak kepada Allah Bapamu di surga untuk membantumu!”

Bisa jadi Anda termasuk orang yang biasa-biasa saja. Tidak mengalami kejatuhan atau menemui masalah yang berarti. Bila hanya mengikuti ritme hidup pasti akan mengalami kekeringan rohani, terasa datar. Ada satu nasehat dari St Claudeus de la Colombiere: “Setiap malam menjelang tidur persembahkan semua dosa dan kelemahanmu sehari itu seperti melempar sebuah glondongan kayu ke bawah kaki Yesus, Sang Penyelamat. Semua itu akan dibakar olehNya dalam api belaskasih!”

Thomas Kempis, penulis buku “Mengikuti Jejak Kristus” mengajari kita berdoa demikian: “Ya Tuhan dan Allahku, aku mempersembahkan kepadaMu semua dosa dan tingkah laku yang telah melukai hatiMu, bersama iringan para malaekatMu yang kudus, musnahkan semua dosaku dalam api belaskasihMu, dan cabutlah akar kedosaanku itu. Ampunilah aku dengan total- sempurna dan karena belaskasih terimalah aku dalam pelukanMu yang penuh kedamaian!”

Sungguh kejatuhan dan kekurangan kita pasti tidak berkenan di hatiNya, tetapi Ia sangat haus untuk memulihkan dan menyembuhkan kita. Pengakuan dosa kita di hadapan seorang imam sesungguhnya sudah selesai – dosa kita sudah diampuni. Tetapi kadang masih merasa bersalah. Perasaan itu adalah gema dari dosa tersebut yang memerlukan pengolahan secara lain.

Suatu ketika Tuhan Yesus melalui St Fransiskus de Sales meminta kepada semua orang demikian:

“Kumpulkanlah ukupan keangkuhanmu, mur kepalsuanmu dan emas kebohonganmu. Juga persembahkan pengorbananmu yang tidak murni, kerjamu yang tanpa motivasi dan gairah hidupmu yang tanpa nilai. Persembahkan semua itu dengan sungguh hati dan Aku akan mengubah semua itu menjadi berkat! Kamu yang jatuh berkali-kali ke dalam dosa yang sama, bertekunlah di sore hari untuk melemparkan diri dan penderitaanmu ke dalam api yang bernyala, yaitu Hati Kudus Yesus. Dia pasti membebaskan kalian dari aneka dosa. Kalian sering membuang banyak waktu dengan sia-sia! Kita menyesal dan berniat hendak memperbaiki diri, tetapi tidak mempersembahkan diri secara total kepada Hati Kudus Yesus dalam Sakamen Pengamnunan Dosa. Maka kita akan gagal menjadi orang baik! Langkahkanlah kakimu untuk membenamkan diri dalam Hati Kudus Yesus! Semua dosamu pasti akan dibakar oleh belaskasihNya!”

Buchet Rohani

“Kelemahan bukan kejahatan jika kita menjaga iman dan terus koreksi diri secara berkala!” St Frans de Sales

Yohanes Haryoto SCJ

Baca juga: Bentuk Bantuan Terbaik bagi Yaman Adalah Perdamaian

One thought on “Langkah Menuju Kesucian (35)

Leave a Reply

Your email address will not be published.