Siapa yang tidak mengenal Romo Laton? Romo Thaddeus Laton lahir di Sulkowice, Polandia, dekat kota Krakow, 10 Mei 1934. Kota ini pernah menjadi daerah perang. Ia sulung dari dua bersaudara, Thaddeus dan Yohanes. Ayahnya meninggal dunia sejak romo Laton masih kanak-kanak.
Seperti kebanyakan misionaris SCJ dari Polandia, Romo Laton mengenyam pendidikan seminari di Stadniki. Seminari di Stadniki cukup popular dalam melahirkan misionaris diera tahun 50-an. Ia mengikrarkan kaul pertama pada 2 September 1953, saat berusia 19 tahun. Kaul kekal diucapkan pada 26 Agustus 1958.
Selama di seminari, Romo Laton suka membaca majalah misi. Karen itulah jiwa misinya bertumbuh. Ia ditahbiskan pada 18 Februari 1962. Sebagai imam muda, ia dengan mantap mempersembahkan diri untuk misi di Indonesia.
15 Oktober 1967, 12 misionaris Polandia datang ke Indonesia dengan pesawat Air India. Mereka adalah Josephus Karpierz, Zdzislaus Slupczynski, Augutinus Nagy, Zbigniewus Letkiewicz, Thaddeus Laton, Stanislaus Kostyra, Andreas Lukasik, Stephanus Leks, Stanislaus Hrapkowicz, dan Lucianus Walczak.
Romo Laton dan kesebelas temannya belajar bahasa Indonesia dan Jawa di Yogyakarta. Karena biara Skolastikat SCJ Yogyakarta tidak cukup menampung para misionaris, sebagian dari mereka tinggal di Skolastikat MSF, termasuk Romo Laton. Berbekal keahliannya di bidang mesin, ia akrab dengan kendaraan bermotor dan suka nyetir. Ia bahkan menjadi sopir saat belanja di Bringharjo, Yogyakarta.
1 Januari 1968 Romo Laton bertugas di Pringsewu, Lampung. Di sana, dia menjadi pastor pembantu. Setelah itu, ia bertugas di Kalijero. Ia masuk ke daerah para transmigran dari Jawa. Maka tak mengherankan, kalau bahasa Jawanya semakin fasih. Selama sembilan tahun, ia menjadi pastor paroki di Kalirejo.
1 Januari 1979 Romo Laton pindah ke Sidomulyo sebagai pastor paroki sampai tahun 1984. Tanggal 1 Januari 1984, Romo Laton ditugaskan ke Paroki Para Rasul Kudus, Tegalsari, Belitang, sebagai pastor paroki.
Karena kecintaannya kepada tanah misi, Romo Laton memutuskan menjadi warga negara Indonesia. Tahun 1984 ia menyanyikan Lagu Indonesia Raya. Sejak itu pula, ia memutuskan untuk tidak kembali ke kampung halamannya. Tubuhnya juga sulit beradaptasi dengan udara dingin. Selain itu, ia mengatakan tidak mengenal siapa-siapa lagi di Polandia. Selama bermisi, ia hanya mengambil jatah cuti 2 kali, yakni tahun 1974 dan 1985.
Romo Laton pindah ke Seminari Menengah St. Paulus Palembang pada 1 Juli 1991. Di sana dia aktif di dunia perbengkelan dan melayani umat di stasi daerah transmigrasi. Ia juga melayani umat di Paroki Santa Maria Ratu Rosario, Seberang Ulu, sampai 23 Januari 1995.
Selama tinggal di Seminari St. Paulus, ia memberi pelayanan Sakramen Tobat. Romo Laton menderita sakit di bagian kaki. Menurut medis, ia terserang penyakit kaki gajah. Kaki kanannya bengkak. Maka pada tahun 2005, Romo Laton pindah ke Rumah Damai Dehon KM 7. Ia mulai melakukan pengobatan dari Rumah Sakit Myria dan Charitas.
Romo Laton pernah menjalani operasi pengeroposan tulang pahanya. Operasi berjalan lancar, namun karena ada gangguan jantung, setelah operasi ia langsung dirujuk ke ICU. Kondisinya membaik hingga dia diperbolehkan pulang ke rumah pada 1 Februari 2006.
Romo Laton melayani Sakramen Tobat di Paroki Hati Kudus Palembang dan saat ada retret di Rumah Retret Giri Nugraha. Bahkan kendati kesulitan berjalan, dia tetap menyediakan diri untuk melayani Ekaristi di Novisiat Suster-suster Fransiskus Charitas.
Romo Laton juga masih menjalani hobinya dalam mengutak-atik mesin mobil. Ia mengatakan, mobil Land Rover miliknya adalah ‘istri’. Mobil inilah yang membawanya kemana-mana dalam pelayanan.
13 Februari 2017, Romo Laton menerima anugerah The Order Polonia Restituta dari pemerintah Polandia, tepat 50 tahun ia berkarya sebagai misionaris di Indonesia. Ini merupakan penghargaan dari pemerintah, atas jerih lelah dan persembahan diri Romo Laton untuk mewartakan Kabar Gembira di tanah misi.
Romo Laton begitu gembira dalam umur senjanya. Kegembiraannya bertambah tatkala Romo Andreas Lukasik temannya dari Polandia, ditempatkan di Rumah Damai Dehon. Ia menjadi teman bercanda dan berbagi. Namun tak lama, Romo Laton harus menerima kenyataan, bahwa Romo Lukasik menghadap Bapa.
26 Februari 2024, Romo Laton dalam kondisi lemah dan gelisah sejak pukul 02.00 WIB. Dia dibawa ke Charitas Hospital Palembang. Pada 6 April 2024 sekitar pukul 23.00 WIB, ia berpulang ke rumah Bapa.
**SCJ Indonesia
Baca juga: Mgr. Aloysius Sudarso SCJ: Romo Frans Membina Komunio