The Third Palembang Choral Exhibition (PCE) akan berlangsung Sabtu-Minggu (14-15/9) di Sekolah Kusuma Bangsa Palembang. Acara yang adalah hasil kerja sama Colours Choir dan Lembaga Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pesparani Katolik Daerah (LP3KD) Provinsi Sumatera Selatan ini merupakan event choir (perlombaan paduan suara) terbesar di Sumatera. Ternyata, event ini tidak sekedar lomba paduan suara, namun juga menyajikan berbagai workshop (loka karya) menarik di bidang tarik suara.
Tentang PCE, Flora Monika Gozali, musisi sekaligus penggagas PCE menjelaskan, “PCE ada sekitar tahun 2008, judulnya dulu PYCE (Palembang Youth Choir Exhibition). Awalnya kita hanya membuka pendaftaran khusus para paduan suara Gereja. Palembang waktu itu ada 12 paroki dan Puji Tuhan ikut semua,” kata Flora, yang akrab disapa Lala ini.
Seiring berjalannya waktu, PYCE berganti nama menjadi PCE sekaligus menerima choir umum dengan menambahkan beberapa genre (aliran) musik perlombaan.

“PCE 3 juga begitu. Kita memfasilitasi semua penggemar atau chorister (anggota paduan suara) yang suka dengan paduan suara non-gerejani, bisa kumpulin teman-temannya dan ada hal menarik di dalamnya,” lanjut pendiri Colour Choir ini.
Hal menarik yang dimaksudkan Lala adalah beberapa loka karya, yang baginya sangat bermanfaat bagi mereka yang berkecimpung di dunia tarik suara. Pemateri loka karya pun sangat berpengalaman dan merupakan lulusan universitas ternama di dunia.




Empat Kelas Loka Karya Bersama Narasumber Expert
Loka karya yang ditawarkan di PCE 3 ini mencakup vocal class (kelas vocal), kajian repertoar dan aransemen, Gregorian class (kelas Gregorian), dan conducting class (kelas dirigen).
Vocal class akan bernarasumberkan Yustinus Roni Sugiarto. Ia merupakan dirigen dan pelatih di Saint Angela Choir Bandung yang kerap meraih berbagai kejuaraan nasional dan internasional. Dalam kelas ini, Roni akan membagikan soal bagaimana memproduksi vokal yang baik untuk choir.
“(Akan memberikan ilmu) basic vocal. (Ini karena) peserta yang (ikut loka karya) random. Mungkin sudah ada yang expert, tapi saya kemarin (meminta agar materi bisa) merangkul banyak orang. Ko Roni akan mengajarkan Vocal produce yang bagus untuk choir,” jelas Lala.
Menurut Lala, ilmu basic vocal terbaik ada di choir. “Karena dari pernafasan sudah diatur, sudah dilatih pembentukannya. Kalau sudah lulus vocal di choir ini mau ke (aliran) pop gampang. Mau ke mana saja gampang, karena sudah tertata rapi pernafasannya, sudah biasa dengar harmoni, begitu mereka diterjunkan langsung ke vokal solo, sudah biasa dengan chord-chord gitu,” lanjut pendiri Granada Musica Studio Group ini.
Agastya Rama Listya akan memberikan loka karya kajian repertoar dan aransemen. Peraih gelar PhD (Doctor of Philosophy) dari Universitas Otago University, New Zealand ini akan memberi masukkan bagaimana repertoar untuk lomba.
“Jadi dia akan memberikan masukkan untuk memilih repertoar untuk lomba, lalu memberikan masukkan gimana empowering song. Jadi lagu, bawainnya gimana ya kalau dapat lagu ini? Apakah sesuai zaman? Kadang-kadang kita para chorister, dapat lagu, jalan (saja), bener nggak sih? Oh, gua suka nih, karena ini lagunya lagi famous atau oh ini lagu daerah yang aku suka nih, kayak gitu doang,” kata Lala.
“Beliau mungkin akan mengupas habis sebelum menyanyikan lagu, kita harus tahu dulu latar belakangnya, dari jaman apa? Genre apa? Lalu bedah lagi dari segi musikalitasnya bagaimana? Menurutku penting. Kalau aku suggest teman-teman yang berkecimpung di dunia atau industry music, ini oke banget,” lanjutnya.
Gregorian class diberikan oleh Gregorius Gerald Pratomo. Ia adalah master musik lulusan Universitas Hochschule für Musik und Theater München, Jerman. Meski Gregorian identik dengan musik Gereja, namun kelas ini tidak hanya diperuntukkan untuk orang Gereja.
Melalui musik Gregorian, kita belajar memahami sejarah musik, mulai dari sebelum masehi. “Gregorian sendiri muncul dari zaman-zaman awal, yaitu zaman renaisans bahkan sebelumnya. Pada masa itu, memang lagu-lagu hanya terkhusus untuk ibadah dan Kerajaan. Jadi Justru kalau mau tahu basic-nya, jaman dulu not balok bentuknya kotak ya di kelas itu,” kata Lala.
Conducting class akan mengajarkan peserta loka karya dari dasar. “Pertama postur (badan) bagaimana berdiri yang baik? Postur dibentuk tangan hands up and down, juga yang pertama yang penting adalah tentang ketukan. Seorang dirigen atau pengaba, harus menguasai ketukan, birama. Setelah ketukan, seorang pengaba harus paham (bagaimana menjadi) penetral, nge-balance antara penyanyi dan pengiring, dan penyanyi dengan penyanyi. Di mana mengaktifkan (tangan) kanan kiri. Sang pemberi informasi di tangan kiri dan tangan kanan memberi ketukan. Hal ini yang saya lihat belakangan, jarang sekali kondaktur (dirigen) yang mengaktifkan tangan kiri. Ketika tangan kiri naik, tangan kanan ini tetap (memberi aba-aba) ketukan,” jelas Lala, tentang kelas yang akan diberikan oleh Omid Moheb-Zadeh, konduktor asal Sydney, Australia.
Lomba Paduan Suara
Penampilan paduan suara merupakan gong dari PCE 3. Setelah grup paduan suara tampil, mereka akan diberi komentar dari para juri yang sebelumnya memberi loka karya. “Kita butuh input, insight dari komen-komen juri. Makanya ini benar-benar sangat worth. Ini akan kepake. Apalagi teman-teman dari paduan suara. Ini butuh. Oh, paduan suara aku kurangnya di mana ya? Aku pengen tahu lho! Trus aku harus gimana?” jelasnya.

Ada lima kategori paduan suara yang akan dilombakan, yaitu mixed choir untuk usia 17 tahun ke atas, equal choir untuk usia 17 tahun ke atas, children choir untuk usia 6-13 tahun, youth choir untuk usia 14-20 tahun, folklore atau pentas lagu folksong untuk usia 17 tahun ke atas.
Peserta paduan suara akan mendapat kesempatan gratis satu loka karya kelas vokal menurut masing-masing pembagian suara mereka. Di luar itu, masing-masing kelas loka karya akan mematok harga Rp250.000,00. Kelas lola karya dibuka untuk umum dan batas pendaftaran akhir Juli ini.
**Kristiana Rinawati
Baca juga: Bacaan Liturgi Rabu, 17 Juli 2024
One thought on “The Third PCE Hadirkan Lomba Paduan Suara dan Empat Loka Karya”